JATIMTIMES - Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Malang mendorong peralihan pestisida dan pupuk kimia ke organik dalam menyokong pertanian. Salah satunya lahan pertanian kentang. Sebab, pertanian kentang produktif di Kabupaten Malang hingga kini belum bisa lepas dari ketergantungan bahan kimia.
Hal tersebut diungkapkan Kepala DTPHP Kabupaten Malang Avicenna Medisica Saniputera. Menurutnya, dalam upaya pengembangan produktivitas kentang perlu memperhatikan lingkungan. Salah satunya merawat dan mengembalikan unsur hara tanah di lahan kentang yang semakin menurun.
Baca Juga : Musrenbang Kecamatan Dimulai, Stunting dan Kemiskinan Jadi Salah Satu Fokus Prioritas Kota Kediri
Pria yang disapa Avi itu menyebut, bahwa di Desa Ngadas, Poncokusumo, yang merupakan penghasil terbesar kentang masih belum beranjak dari ketergantungan bahan kimia. Kondisi kelangkaan pupuk kimia jadi salah satu pendorong peralihan ke organik.
"Pupuk organik sangat dibutuhkan untuk mengembalikan unsur hara lahan pertanian. Khusus di Ngadas, sebenarnya sekitar 75 persen dari pengolahan pertanian mulai menggunakan yang organik (pupuk). Tapi belum sepenuhnya, dan masih menggunakan kimia untuk pestisida," terang Avi, Rabu (21/2/2024).
Dikatakannya, peralihan pupuk dan pestisida organik perlu diedukasikan secara terus menerus kepada petani. Beberapa cara yang sudah dilakukan yakni dengan melakukan pembinaan budidaya dan manajerial pertanian pada petani muda. Termasuk di antaranya pengembangan bibit varietas unggul yang dapat lebih tahan dengan hama. Sehingga penggunaan pestisida kimia bisa diturunkan.
"Karena belum bisa lepas dari ketergantungan. Kita terus galakkan dan kembangkan pupuk organik melalui pembinaan agar bisa teredukasi untuk dimanfaatkan oleh petani," ucapnya.
Terlebih, lanjut Avi, lahan kentang produktif di Ngadas sudah mulai ditanam dengan benih hasil uji coba varietas Granola kembang untuk konsumsi. Hal ini untuk menyokong hilirisasi pada kebutuhan industri dan konsumsi. Apalagi Ngadas berada di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) yang merupakan kawasan wisata.
Baca Juga : Finalisasi Penyusunan Publikasi Kota Kediri Dalam Angka 2024, BPS Gelar FGD
Dengan kawasan Poncokusumo yang relatif berada di ketinggian 600-2000 MDPL, lahan-lahan produktif pertanian diyakininya masoh banyak yang belum terkelola secara bijak. Termasuk penggunaan bahan kimia berlebih dan alih fungsi lahan.
"Karena jangka panjang, otomatis ke depan akan menjadi salah satu pertimbangan bagaimana menyusun pertanian hortikultura di kawasan lereng Gunung Bromo bisa lebih baik," harap dia.
"Itu kewajiban bersama bagaimana lahan pertanian jangan dianggap sektor pangan saja. Sebenernya pertanian ini investasi jangka panjang kebutuhan pokok, tidak hanya industri. Jadi juga tidak mudah dialihfungsikan," imbuh Avicenna.