JATIMTIMES - Pemilu 2024 kian dekat. Untuk itu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jatim terus mendorong tingkat kehadiran pemilih ke TPS (tempat pemungutan suara) agar menggunakan hak pilihnya. Selain masyarakat yang berpengalaman dalam pemilu, KPU Jatim juga menyasar para pemilih muda melalui sosialisasi di sekolah hingga kampus.
KPU Jatim gencar melakukan sosialisasi ini mengingat Jatim menjadi basis daftar pemilih tetap (DPT) terbanyak kedua setelah Jawa Barat. Jumlah DPT Jatim mencapai 31.402.838, dengan rincian 15.495.556 laki-laki dan 15.907.282 pemilih perempuan. Di dalamnya, mendominasi pemilih milenial sebanyak 31 persen, gen Z sebanyak 30 persen dan gen X sebanyak 21 persen.
Baca Juga : Pemkot Kediri dan BPS Teken Penambahan 2.623 Data Sektoral di Tahun 2024
Struktur DPT ini menjadi penting untuk didalami dan disasar karena seperti diketahui didominasi banyak pemilih milenial dan gen Z. Sehingga, segmentasi pemilih yang diketahui ini kemudian menentukan strategi sosialisasi dan pendidikan yang tepat bagi pemilih.
"Ini kami dilakukan untuk menjangkau jejaring sosialisasi lebih luas. Termasuk menangkap peluang di mana kantong pemilih pemula itu ada. Salah satunya ada basis di kampus," ungkap Rochani, Divisi SDM dan Litbang KPU Jatim, ditemui saat sosialisasi di Universitas Brawijaya (11/12/2023).
Tingkat kehadiran di TPS oleh pemilik suara, khususnya pemilih muda, menjadi konsentrasi KPU Jatim untuk terus menggenjotnya melebihi pada Pemilu 2019.
Pada Pemilu 2019, tingkat kehadiran di TPS di Jawa Timur mencapai 82,38 persen. Sedangkan pada pemilihan gubernur (pilgub) pada 2018 tingkat kehadiran hanya 67 persen.
Dari jumlah tingkat kehadiran pada tahun tersebut, maka pada Pemilu 2024 KPU terus mendorong melalui gencarnya sosialisasi agar tingkat kehadiran pemilih ke TPS untuk mengunakan hak suaranya mencapai 100 persen.
Baca Juga : Perludem Minta KPU Tanggung Jawab usai Data Pemilu Diduga Bocor
Di sisi lain, ketua pelaksana kegiatan dari pihak Rumah Keadilan dan PP Otoda Luna Dezeana Ticoalu menyampaikan, tak dipungkiri masih ada saja masyarakat atau generasi Z dan milenial yang masih apatis
untuk memberikan suaranya dalam pemilu. Selain itu, masih ada juga kemungkinan masyarakat yang malah tidak memahami untuk memberikan hak suara sehingga akhirnya golput.
“Makanya melalui kegiatan ini, kita ingin meningkatkan awareness dengan beberapa materi. Materi dari KPU terkait tahapan penyelenggaran pemilu. Dari PP Otoda terkait prinsip pemilu dan pesan tidak boleh golput. Dari ketua LBH terkait penyelenggaraan apabila ada pelanggaran," pungkasnya.