JATIMTIMES - Kebijakan contraflow yang diterapkan di kawasan Kayutangan Heritage masih terus dilakukan pembahasan. Sebab, penerapannya dinilai cukup berbahaya jika dilakukan dengan sistem rekayasa lalu lintas yang saat ini sedang diuji coba di kawasan tersebut.
Hal tersebut salah satunya disampaikan oleh Kepala Lab Transportasi dan Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (UB) Malang, Ir. Hendi Bowoputro. Ia menilai, jika sistem contraflow tetap dilakukan, sama halnya mengembalikan kemacetan tersebut.
Baca Juga : Sudah Ada Rute Baru, Bus Macito Dijadwalkan Kembali Beroperasi Besok
Sebab, rekayasan lalu lintas yang saat ini diuji coba di Kayutangan dimaksudkan untuk mengurai kemacetan di kawasan tersebut. Dan sebagian wilayah di Kecamatan Klojen lainnya.
"Kalau dengan adanya Contraflow, sekarang jalan malah tambah sempit. Apa bedanya sama dua arah, malah menambah kemacetan dan membahayakan pengendara lain," ujar Hendi.
Penerapan contraflow sendiri saat ini diterapkan khusus bagi angkutan umum di Kota Malang. Hal itu juga menindaklanjuti usulan sopir angkutan umum yang merasa terdampak adanya rekayasa lalu lintas di Kayutangan.
Para sopir angkot ini tak ingin jika jalur trayeknya dirubah. Sebab, dinilai bisa berdampak pada konsumsi bahan bakar yang bakal naik. Karena perubahan arusnya membuat jalan yang ditempuh menjadi memutar.
Hendi menilai, sebenarnya jarak untuk memutar yang diperlukan juga tak terlalu jauh. Yakni hanya sekitar 600 sampai 800 meter.
"Alasannya mengada ada itu ya. Satu arah ini sudah dikaji dan mutar arah hanya sekitar 600 sampai 800 meter saja, tidak jauh. Itu (contraflow) membahayakan penumpang serta orang lain," tegasnya.
Sementara, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang Widjaja Saleh Putra mengaku pemberlakuan sistem Contraflow tersebut dijalankan hanya untuk memberikan fasilitas atas aspirasi daripada sopir angkot. Namun demikian, usulan tersebut saat ini juga tengah dikaji. Untuk memastikan bahwa usulan tersebut diakomodir oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Malang.
Baca Juga : Kemacetan Embong Brantas Dipastikan Bukan karena Rekayasa Lalin di Kayutangan
"Contraflow ini insidentil. Kita lakukan atas perintah pimpinan dengan kemampuan yang ada. Kenyataannya di lapangan, sopir di jalan dimarahi pengguna jalan lain, karena dimungkinkan terjadi kecelakaan," ujar pria yang akrab disapa Jaya ini.
Apalagi, pembahasan contraflow yang mendadak usai adanya demo penolakan juga tak direspon baik oleh para perwakilan sopir angkot. Dua kali melakukan pembahasan, hanya satu perwakilan sopir angkot saja yang datang dan disitu terjadi deadlock.
"Sulit untuk dilakukan (Contraflow). Tenaga ahli di bidang transportasi saja tidak bisa merekomendasikan contraflow, begitu juga dari Polresta Malang Kota," katanya.
Oleh sebab itu, forum lalu lintas dan angkutan jalan (FLLAJ) terus melakukan analisa dan kajian selama penerapan terus diberlakukan. Bahkan, kenyataan di lapangan kini hanya sedikit sopir angkot yang tetap meminta melawan arus dan sebagian ketakutan karena memang berbahaya.