JATIMTIMES - Pemerintah Kota (Pemkot) Blitar sukses menyelenggarakan pertunjukan sendratari kolosal dan teatrikal perjuangan PETA (Pembela Tanah Air), Selasa (14/2/2022) malam.
Pertunjukan yang dipusatkan di kawasan Monumen PETA ini merupakan agenda puncak peringatan Hari Cinta Tanah Air di Kota Blitar dan peringatan perjuangan PETA Ke-73.
Baca Juga : Wujudkan e-Government, Pemkot Malang Siapkan Rancangan SPBE
Pantauan JATIMTIMES, pertunjukan sendratari kolosal dan teatrikal perjuangan PETA kali ini digelar di bawah guyuran hujan. Ya, sejak sore hari Kota Blitar dan sekitarnya diguyur hujan dengan intensitas sedang.
Meski demikian, seluruh yang terlibat dalam pertunjukan ini tetap bersemangat menyukseskan pagelaran ini sebagai wujud rasa tanah air dan nasionalisme.
Dalam pertunjukan sendratari kolosal dan teatrikal perjuangan PETA ini, Pemkot Blitar mengolaborasikan sendratari, seni teater, dan seni musik. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Blitar Edy Wasono mengatakan konsep ini diambil dengan harapan pesan yang disampaikan akan lebih mudah dicerna masyarakat. Juga drama kolosal yang ditampilkan akan menarik dari segi artistis dan alur yang disajikan lebih dramatis.
Selain 140 seniman, beberapa perangkat daerah Pemkot Blitar juga ikut terlibat sebagai pemeran. “Total ada sekitar 140 seniman daerah yang terlibat dalam pertunjukan ini. Ada yang berperan sebagai pemain inti, penari, pembawa atraksi bendera, dan sebagai figuran atau rakyat. Secara terjadwal, seluruh seniman ini melakukan latihan di pelataran Istana Gebang. Kita tampilkan, saat adegan perang itu, ada tarian yang membuat suasana semakin hidup dan dramatis,” kata Edy.
Edy menambahkan, konsep dan warna baru ini diharapkan membuat drama kolosal perjuangan PETA lebih menarik. Dalam praktiknya, konsep ini benar-benar membuat nuansa perjuangan Shodanco Supriyadi dkk lebih terasa.
“Dalam drama kolosal edisi kali ini, kita juga gunakan sarana prasarana pendukung untuk menggambarkan masa-masa tahun 1945. Seperti penggunaan kendaraan dokar untuk masyarakat Blitar yang menjadi korban romusha dan lainnya,” terang Edy.
Baca Juga : Respon Keluhan Warga, Jalan Berlubang di Jembatan Kedungkandang Langsung Diperbaiki
Lebih lanjut Edy menyampaikan, drama kolosal perjuangan PETA edisi kali ini mengusung tema Dharma Kesatria Bumi Pertiwi. Pesan yang disampaikan dari tema ini adalah mengajak para pemuda bangsa untuk bisa melanjutkan perjuangan. Termasuk dalam membela bangsa dan negara.
“Kami dari Pemerintah Kota Blitar mengajak generasi penerus bangsa untuk meneladani semangat perjuangan PETA dan Shodanco Supriyadi. Rasa cinta tanah air dan nasionalisme harus terus kita kibarkan untuk membela bangsa dan negara,” tutupnya.
Sekadar mengingatkan, pemberontakan Pasukan Pembela Tanah Air (PETA) di Blitar adalah sebuah peristiwa pemberontakan yang dilakukan sebuah batalion PETA di Blitar yang dipimpin Shodancho Supriyadi terhadap pasukan Jepang.
Peristiwa heroik pemberontakan tersebut kemudian menjadi pelopor pergerakan perlawanan PETA di seluruh tanah air. Puncak dari gerakan ini adalah peristiwa Rengasdengklok dan pengibaran bendera Merah Putih di sana pada tanggal 16 Agustus 1945 serta diculiknya founding father Bungk Karno dan Bung Hatta yang kemudian menjadi inisiator kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.