JATIMTIMES - Wali Kota Malang Sutiaji mengimbau agar masyarakat tidak panik dalam menyikapi kabar naiknya harga sejumlah bahan pokok. Apalagi jika hal tersebut sampai harus membuat masyarakat panic buying.
Meskipun menurutnya, kemungkinan masyarakat untuk melakukan panic buying tetap ada. Dirinya menilai bahwa hal tersebut, merupakan konsekuensi logis yang bisa terjadi di masyarakat.
Baca Juga : Mobil Keliling Disnaker-PMPTSP Kota Malang Hadir di CFD, Mudahkan Perizinan Berusaha Masyarakat
Dirinya pun mengaku bahwa Pemerintah Kota (Pemkot) Malang sudah menyiapkan langkah-langkah agar masyarakat tetap tenang. Terlebih agar tidak terpancing dengan kondisi pasar.
"Konsekuensi logisnya bisa saja masyarakat melakukan itu (panic buying), tetapi saya harap masyarakat nggak melakukan ya. Tentu kita semua perlu sebijaksana mungkin dalam menggunakan keuangan kita, tidak perlu berlebihan dan kita sudah siapkan langkah-langkah untuk mengantisipasi ini," ujar Sutiaji.
Apalagi berdasarkan data dari Badan Pusat Statistika (BPS) Kota Malang, laju inflasi di Kota Malang sudah mulai terkendali di bulan Januari 2023. Setelah sebelumnya sempat naik pada akhir Desember 2022 lalu.
BPS Kota Malang mencatat angka inflasi Kota Malang secara Mounth to Mounth (mtm) atau bulan ke bulan sebesar 0,15%. Angka ini menjadi yang terendah di Jawa Timur dan sekaligus di bawah nasional.
Inflasi sebesar 0,15% ini sekaligus dinilai menjadi stimulus positif. Terutama untuk menatap perjalanan inflasi Kota Malang secara year to year (yoy) atau tahun ke tahun.
Atas capaian tersebut, BPS pun tak tinggal diam. Atas kebijakannya dalam mengendalikan inflasi di bulan Januari, Pemkot Malang mendapat kredit poin dari BPS.
Menanggapi hal ini, Sutiaji mengatakan bahwa inflasi memang memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, Pemkot Malang pun bergerak cepat.
Baca Juga : Sepekan Ini Diprediksi Terjadi Bencana Hidrometeorologi, BPBD Tulungagung Imbau Warga Waspada
Dalam hal ini, Sutiaji meminta jajarannya agar segera melakukan analisa untuk dilanjutkan menentukan skema. Tujuannya, agar laju inflasi juga dapat semakin cepat dikendalikan.
"Inflasi dan pertumbuhan ekonomi ini memiliki korelasi yang kuat, saling berkaitan satu sama lain, kalau inflasi tinggi pertumbuhan ekonomi terhambat, tetapi kalau stabil maka ya mendorong pertumbuhan ekonomi. Untuk itu, inflasi Desember jadi acuan, saya instruksikan lewat asisten 2 langsung dianalisa dan di tindak lanjuti sampai ini (inflasi) bisa terkendali," terang Sutiaji.
Dirinya pun tak menampik jika inflasi tentu memunculkan dampak. Salah satunya juga dinilai dapat berdampak pada daya beli masyarakat.
Menurutnya, stabilnya tingkat inflasi bisa mengungkit daya beli masyarakat. Hal itulah yang menurutnya, perlu diantisipasi. Terlebih kepada para stakeholder, agar ada keseimbangan antara supply and demand.
"Yang jelas daya beli masyarakat pasti naik, pasti akan meningkat, ini yang patut kita waspadai. Makanya kita sudah siapkan langkah antisipasi, karena memang harus berkelanjutan, yang mana goal nya adalah keseimbangan antara permintaan dan penawaran," pungkas Sutiaji.