JATIMTIMES - Turki dan Suriah dilanda gempa berkekuatan magnitudo 7,7 pada Senin (6/2/2023). Gempa itu disebut-sebut sebagai yang terdahsyat dalam 100 tahun terakhir sejak 1939.
Hingga saat ini, korban bencana tersebut semakin bertambah. Tercatat jumlah korban jiwa akibat gempa mencapai 4.327 orang. Rinciannya, 2.921 jiwa di Turki dan 1.451 jiwa di Suriah.
Baca Juga : Giliran GPIB Bethesda Sidoarjo Buka Posko Tempat Istirahat Jamaah 1 Abad NU
Sementara, dikutip dari Reuters, kepala Institut Pengurangan Risiko dan Bencana University College London Joanna Faure Walker menjelaskan bahwa gempa dahsyat Turki-Suriah itu sangat mematikan.
Menurut Faure Walker, gempa Turki melepaskan energi 250 kali lebih banyak dibandingkan gempa M 6,2 di Italia pada 2016 yang menewaskan 300 orang.
Faure Walker menambahkan, Turki berada di salah satu zona gempa paling aktif di dunia. Pada tahun 1999, Turki pernah dilanda gempa yang menewaskan lebih dari 17 ribu jiwa.
Sementara, dikutip dari The Straits Times, penyebab gempa Turki ini mematikan karena menyerang kawasan yang padat penduduk.
Tak hanya itu. Dalam The Straits Times itu juga disebutkan penyebab lain gempa Turki mematikan karena gempa tersebut terjadi dini hari, yakni pukul 04.17, saat warga masih terlelap.
"[Orang-orang yang sedang tidur] terperangkap ketika rumah mereka roboh," kata Roger Musson, peneliti di British Geological Survey. "[Konstruksi bangunan juga tidak] sangat memadai bagi daerah yang rawan gempa besar," sambungnya.
Baca Juga : Berawal dari Bau, Penghuni Kos di Jatimulyo Ditemukan Tak Bernyawa
Diberitakan sebelumnya, Turki dilanda gempa dahsyat pada Senin (6/2) yang berpusat di Kahramanmaras. Gempa berkekuatan M 7,7, menurut GFZ Jerman, tersebut menewaskan setidaknya 4.327 di Turki dan Suriah.
Gempa susulan sebanyak 60 kali terjadi pada hari yang sama. Dari jumlah ini, beberapa di antaranya bermagnitudo 7,5 hingga 6,5.
Pencarian korban hingga saat ini masih terus dilakukan. Pemerintah Turki memperkirakan korban akan terus bertambah. Hal itu disebabkan banyaknya yang tertimbun puing dan belum ditemukan.