JATIMTIMES – Masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak (Stunting) menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi. Pemerintah melakukan berbagai upaya supaya kasus anak kurang gizi kronis ini dapat ditekan.
Menurut Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (Dinsos PPKB) Kabupaten Banyuwangi, Henik Setyorini, berdasarkan data di tahun 2022 jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan besarnya populasi yang diamati. Periode waktu biasanya 1 tahun atau lebih ( prevalensi rate-nya mencapai 20,1 persen).
Baca Juga : Polres Malang Tangkap 17 Tersangka Kasus Narkoba, 14 Pengedar Sisanya Pengguna
Dalam upaya mempercepat penurunan stunting tahun ini Pemkab Banyuwangi mengalokasikan Rp. 7 miliar.”"Anggaran itu untuk intervensi nutrisi ke ibu hamil risiko tinggi dan anak usia bawah dua tahun atau umur 0-24 bulan dimana pada masa ini anak mengalami periode pertumbuhan emas. Masa ini sering disebut dengan 1000 HPK yaitu 1000 hari pertama kehidupan. bayi di bawah dua tahun atau baduta," jelas Henik melalui sambungan WhatsApp (WA) pada Jumat (27/01/2023).
Lebih lanjut pejabat berhijab itu menambahkan angggaran penanganan stunting tersebut dialokasikan secara proporsional ke 25 Kecamatan.
Total ada ada 2.704 jiwa yang menjadi penerima manfaat. Sasaran prioritas yakni 1.296 jiwa, terdiri dari 792 bayi stunting dibawah 2 tahun dari keluarga miskin (0-2) stunting. Selain itu terdapat sekitar 504 bumil risti dari keluarga miskin.
Lebih lanjut dia menjelaskan setiap hari nantinya penerima manfaat akan mendapat alokasi Rp 15 ribu atau Rp 450 ribu sebulan selama setahun untuk menambah asupan nutrisi mereka.
Bantuan akan disalurkan melalui pemerintah kecamatan yang akan ditindak lanjuti bekerjasama dengan warung atau penjual sayur keliling (Mlijoan) untuk menyalurkan makanan bernutrisi, seperti; telor, ikan, ayam dan daging bagi buduta bayi dan kepada bumil risti. Warung dan mlijoan nantinya akan dibayar oleh tim untuk proses penyalurannya."Program ini akan kami mulai pada Februari 2023 mendatang, dengan memaksimalkan pendampingan Tim Pendamping Keluarga" imbuh dia.
Sementara kasus stunting tertinggi di wilayah Banyuwangi terjadi di Kecamatan Cluring yang prevalensi rate-nya mencapai 11,56 persen. kedua Kecamatan Wongsorejo yang angkanya mencapai 9,38 persen dan ketiga Kecamatan Srono yang mencapai 6,98 persen.
Baca Juga : Kendati Covid Kraken Belum Ada di Indonesia, Masyarakat Diminta Waspada dengan Tetap Vaksin
Henik menuturkan meskipun kasus stunting di Banyuwangi masih cukup tinggi, tetapi sejak 2018 hingga 2022 kasus yang terjadi menunjukkan trend angka yang menurun.
Menurut dia pada tahun 2018 kasus stunting persentasenya mencapai 32 persen. kemudian pada tahun 2019 turun menjadi 24,46 persen. Tahun 2020 sampai dengan 2021 tidak ada data, karena pada saat itu masih masa Pandemi Covid-19 sehingga aktivitas timbang di posyandu ditiadakan.
“Kemudian pada tahun 2022, angka persentasenya semakin turun mencapai 20,1 persen dan pada tahun 2023 ini target kami diangka 17 persen," pungkas Henik.