JATIMTIMES - Sebanyak 381 KK dari Desa Sidoasri Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang terdampak bencana banjir dan longsor yang terjadi pada Senin (17/10/2022) lalu. Jumlah warga yang terdampak tersebut, kemungkinan bisa bertambah.
Hal tersebut lantaran sebuah jembatan yang menjadi akses ekonomi warga Desa Sidoasri ada yang terputus karena tersapu banjir tersebut. Jembatan itu menghubungkan Dusun Tambakasri Kulon dan Dusun Tambakasri Wetan.
Baca Juga : Kedua Adik dan Ayahnya Meninggal Akibat Tragedi Kanjuruhan, Rizal Berjuang Menuntut Keadilan
"Jadi kemarin yang terdampak bencana itu 381 KK, tapi karena jembatan putus, semua masyarakat sangat terganggu. Baik yang perkebunan atau aktivitas lain," ujar Kepala Desa (Kades) Sidoasri, Andiek Ismanto, Minggu (30/10/2022).
Jembatan tersebut digunakan warga yang mayoritas berpenghasilan sebagai petani. Sejumlah komoditas yang dihasilkan di Desa Sidoasri adalah pisang, kopi, cengkeh dan padi.
Dengan putusnya jembatan tersebut, masyarakat petani harus mengeluarkan biaya operasional yang lebih. Yakni untuk memberi upah bagi tenaga mengangkut hasil pertanian.
"Jadi ngangkutnya dipindah di setiap ujung jembatan, istilahnya ngimbal. Jadi biaya operasional lebih dari biasanya yang dikeluarkan petani," jelas Andiek.
Sebagai informasi, jembatan tersebut memiliki panjang kurang lebih 30 meter. Dengan lebar sekitar 3 meter. Jembatan tersebut terputus saat banjir melanda Malang Selatan 17 Oktober lalu.
"Jadi ada material banjir yang tersangkut di tengah jembatan. Hingga akhirnya saat sudah penuh, badan jembatan ikut rusak," jelas Andiek.
Baca Juga : Akademisi Psikologi Sebut Efek Trauma Tragedi Kanjuruhan Bisa Memicu Kematian, Berikut Penjelasannya
Akibat jembatan itu terputus, masyarakat yang ingin melintas bisa melalui jalan darurat yang sudah dibuat secara swadaya oleh masyarakat. Letaknya, sekitar 350 meter dari jembatan yang putus.
"Tapi ya gitu, kalau saat hujan atau air meluap, tidak bisa dilalui jalan daruratnya," pungkas Andiek. Sedangkan jembatan yang terputus, sementara ini dibangun jembatan darurat. Konstruksinya sederhana dan terbuat dari kayu.
Andiek menyebut, jembatan itu sudah dua kali diperbaiki oleh pemerintah desa (pemdes) periode sebelumnya. Sebab memang juga pernah rusak yang juga diakibatkan banjir.
"Dulu sudah pernah putus dan diperbaiki dua kali, oleh pemerintah desa (desa) sebelumnya. Lalu sekarang putus lagi. Semoga segera diperbaiki, kemarin sudah ditinjau sama konsultan dari provinsi (Jawa Timur)," jelasnya.