free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Profil

Pattimura Ternyata Seorang Kiai di Maluku yang Kerahkan Santrinya Lawan Belanda

Penulis : Desi Kris - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

20 - Jun - 2022, 16:42

Placeholder
Pattimura (Foto: IST)

JATIMTIMES - Masyarakat Indonesia tentu tak asing dengan sosok Kapitan Pattimura. Ya, Kapitan Pattimura adalah salah satu pahlawan yang wajahnya terpampang di uang kertas pecahan Rp 1.000. 

Ia dikenal sebagai pahlawan yang gigih dalam melawan penjajah Belanda. Namun, Kapitan Pattimura itu ternyata bukanlah nama aslinya.

Baca Juga : DLH Kota Malang Lakukan Penataan Alun-alun Tugu Malang secara Dua Tahap

 

Hal tersebut diungkap oleh Ustaz Adi Hidayat dalam ceramahnya. Dikutip dari kanal YouTube WARNA HIJRAH, Senin (20/6/2022) Ustaz awalnya membahas tentang sosok gambar di pecahan uang Rp 1.000.

"Dulu pernah lihat uang seribu? Di uang seribu itu ada 1 gambar namanya siapa? Kapitan Pattimura," ucap Ustaz Adi Hidayat.

Diketahui, selama ini banyak yang mengetahui bahwa pahlawan itu memiliki nama asli "Thomas Matulessy". 

Namun, kata Ustaz Adi Hidayat itu bukanlah nama asli dari Pattimura. Nama asli dari Pattimura ternyata adalah Ahmad Lussy. 

"Bukan Thomas Matulessy, tapi Ahmad Lussy. Saya mau tanya pada anda siapa yang mempermainkan sejarah kita sehingga bangsa-bangsa sekarang anak cucunya tidak paham tentang para pejuang di masa lalu?" cetus Ustaz Adi Hidayat. 

Lebih lanjut, Ustaz Adi Hidayat menerangkan bahwa Ahmd Lussy merupakan seorang pejuang dan kiai. Bahkan, Ahamd Lussy lah yang mengerahkan santri-santrinya untuk melawan Belanda.

"beliau itu adalah soerang pejuang, beliau itu adalah seorang kiai, beliu itu adalah seorang pemimpin pesantren, beliau arahkan anak-anak santrinya untuk berjuang menegakkan kebenaran di bumi pertiwi ini," tegas Ustaz Adi Hidayat.  

Ustaz Adi Hidayat mengatakan bahwa nama Ahmad Lussy diganti menjadi nama seperti orang-orang bangsa Barat. Menurutnya, hal tersebut dilakukan agar generasi berikutnya tidak ingat bahwa ada sosok pahlawan yang dekat dengan ajaran Allah SWT. 

"Saya mau katakan bahwa nama Thomas orang tidak ingat bahwa orang ini (Pattimura) dekat dengan Allah Subhanahu wa ta'ala. Orang ini berasal dari pesantren, makanya dibuang nama-nama itu persis seperti orang-orang Barat," ungkap Ustaz Adi Hidayat.

"Diganti nama-namanya agar generasi berikutnya tidak ingat bahwa ada orang-orang ketika mewujudkan kemerdekaan mereka malamnya tahajud, siangnya puasa, malamnya bergerilya, dan sebagainya," pungkas Ustaz Adi Hidayat.

Pattimura lahir di Hualoy, Seram Selatan, Maluku, pada 8 Juni 1783 dan meninggal di Ambon, Maluku pada 16 Desember 1817 dalam usia 24 tahun. Ia lahir dari ibu bernama Fransina Tilahoi dan ayah Frans Matulessy. 

Buku "Sejarah Perjuangan Pattimura" karya M  Sapija menyebutkan bahwa Pattimura tergolong keturunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram).

Dalam historiografi Indonesia modern, Pattimura disebutkan punya nama asli Thomas Matulesy. Misal saja di buku Sejarah Nasional Indonesia jilid Ke-4.

Namun buku yang terbit pada era Orde Baru itu tidak menjelaskan apa agama Pattimura. Maka wajar saja bila ada anggapan nama ‘Thomas’ khas budaya Eropa atau terpengaruh Kristen, sehingga yang bersangkutan dianggap beragama Nasrani. 

Sementara, sejarawan Mansyur Suryanegara berpendapat lain.  Dalam bukunya berjudul “Api Sejarah” (2009), ia menyatakan bahwa nama asli Pattimura ialah Ahmad Lussy atau dalam bahasa Maluku disebut juga "Mat Lussy."

Menurut dia, Pattimura merupakan seorang bangsawan dari Kerajaan Islam Sahulau yang saat itu diperintahkan oleh Sultan Abdurrahman. Sultan Abdurrahman sendiri juga dikenal dengan julukan Sultan Kasimillah (kasim Allah/asisten Allah) dalam bahasa Maluku disebut juga Kasimiliali.

Baca Juga : Lolos Seleksi Imam Masjid UEA, Ini Dia Sosok Ustaz Ibadur Rahman Al-Huda

 

Sebagai informasi, nama Pattimura adalah sebuah marga di Desa Latu dan Hualoy, Seram Barat, Maluku Tengah. Pattimura memiliki arti “Raja yang merendahkan diri”. 

Sedangkan di Deas Haria, Pulau Saparua, tempat lahir Thomas Matulessy, tidak ditemukan marga Pattimura. Kendati demikian, menurut M. Sapija, saat perang Pattimura, memang ada yang bernama Thomas. 

Pada kenyataannya, Thomas yang dimaksud tersebut merupakan Thomas Hehanusa, mantan serdadu Inggris kala itu. Ia berasal dari Desa Titawaai, Pulau Nusalaaut. 

Hingga kini, keturunannya ada di Desa Hualoy. Ia merupakan seorang mualaf, yang kemudian berganti nama menjadi Kapitan Latuleanusa.

Berdasarkan sejarah Pattimura yang ditulis oleh M. Sapija, disebutkan gelar Kapitan disematkan oleh Belanda. Padahal, pada faktanya, tidak demikian.

Sementara, Ahmad Lussy atau Mat Lussy adalah muslim yang taat. Ia adalah bangsawan dari Kerajaan Islam Sahulau. 

Tak hanya keturunan bangsawan. Pattimura juga adalah seorang ulama. Sejarah mencatat, pada masa tersebut, kebanyakan pemimpin perang di kawasan Maluku merupakan bangsawan atau ulama, bahkan gabungan keduanya.

Dalam artikel dakwal Alhadid, disebutkan terdapat kejanggalan dalam buku Biografi Pattimura versi pemerintah. Sebab, M. Sapija tak menyebut Sahulau itu adalah kesultanan.

Terdapat pula kejanggalan lain yang menambahkan marga Pattimura adalah Mattulessy. Namun sebenarnya, di Negeri Sahulau tidak ada marga Pattimura atau Mattulessy. 

Di sana hanya terdapat marga Kasimiliali yang leluhur mereka adalah Sultan Abdurrahman. Sehingga, asal muasal nama Pattimura dalam buku sejarah nasional dianggap karangan M. Sapija. 

Sementara, Mattulessy adalah sebuah nama, bukan marga, yaitu Ahmad Lussy. Dan nama Thomas Mattulessy tidak pernah ada di dalam catatan sejarah perjuangan rakyat Maluku.

Mansyur Suryanegara berpendapat, Pattimura adalah sebuah marga yang hingga kini masih banyak digunakan. Siapa pun orang yang bermarga itu adalah seorang Muslim. 

Mereka mengaku mengikuti agama nenek moyang mereka, yaitu Pattimura. lebih lanjut, Mansyur menambahkan bahwa mayoritas kerjaan-kerajaan yang ada di Maluku merupakan kerajaan Islam. Di antaranya Kerajaan Ambon, Heart, dan Jailo. 


Topik

Profil



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Desi Kris

Editor

Sri Kurnia Mahiruni