JATIMTIMES - Pucuk pimpinan Universitas Brawijaya (UB) tak lama lagi akan berganti. Tahapan Pemilihan Rektor (Pilrek) pun kini telah dimulai dengan pendaftaran Bakal Calon Rektor (Bacareg). Proses sosialisasi pun sebelumnya telah dilakukan beberapa waktu yang lalu.
Informasi yang dihimpun dari sumber terpercaya JatimTIMES, terdapat 5 calon kandidat Rektor UB periode 2022-2027, yakni Prof Dr Unti Ludagdo SE AK dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Prof Dr Widodo SSi MSi PhD Sc dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Prof Dr Ir Imam Santoso MP dari Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) , Prof Dr Ir Pitojo Trijuwono dari Fakultas Teknik (FT) dan Prof Dr Chandra Fajri SE dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB).
Baca Juga : Memasuki Bulan Puasa Ramadan, Jumlah Transaksi Pegadaian Banyuwangi Meningkat
Dari ke-5 calon kandidat rektor tersebut menurut sumber terpercaya, terdapat 2 nama calon kuat sebagai Rektor Universitas Brawijaya yakni Prof Dr Ir Imam Santoso MP dan Prof Dr Candra SE. Di mana salah satunya digadang-gadang akan menjadi Rektor UB periode 2022-2027.
Dalam tahapan pemilihan rektor baru tersebut, panitia pemilihan rektor dibentuk usai dilakukan sosialisasi. Pendaftaran calon rektor pun akan dilakukan di akhir bulan Maret. Pemilihan rektor direncanakan melalui senat akademik universitas dengan tiga calon Rektor.
Setelah itu, proses berlanjut akan dipilih dan ditetapkan oleh Majelis Wali Amanah (MWA). Diharapkan pada bulan Mei 2022 sudah terpilih Rektor UB yang baru menggantikan Prof.Dr. Ir. Nuhfil Hanani AR, MS, sebagai rektor 2018-2022.
Mengenai calon-calon kandidat Rektor UB terkuat tersebut, penulis mencoba menghubungi beberapa kandidat calon.
Prof Candra Fajri ketika dihubungi membenarkan adanya dorongan untuk maju menjadi Calon Rektor UB periode 2022-2027. Namun saat ini, diakuinya, jika dirinya belum melakukan pendaftaran sebagai Bacarek.
"Belum daftar, memang ada dorongan ke sana," balasannya ketika dihubungi.
Karena itu, pihaknya kini masih belum bisa memberikan informasi detail perihal visi misi yang akan ia usung. Akan tetapi, pihaknya menegaskan tengah melakukan pemantapan untuk maju sebagai Calon Rektor UB periode 2022-2027.
"Sedang memurnikan niat ikhlas, membangun UB," jelasnya.
Sedang Prof Dr Unti Ludagdo SE AK, juga memberikan sinyal akan mendaftar sebagai Bakal Calon Rektor UB. Namun sama halnya dengan Prof Candra, dirinya masih belum bisa menyampaikan perihal visi dan misi.
"Untuk visi misinya jangan sekarang, Insyaallah Minggu depan setelah pasti saya mendaftar. Mohon doanya," balasnya ketika dihubungi.
Sementara itu, beberapa kandidat lainnya yang dihubungi, hingga kini belum memberikan respons, termasuk Rektor UB saat ini, Prof Dr Nuhfil Hanani yang coba dimintai tanggapan terkait para kandidat Rektor UB.
Baca Juga : Tips Lolos SBMPTN 2022
Disisi lain, salah satu Guru Besar UB, yang enggan disebutkan namanya menyampaikan, jika dalam prosesi Pilrek tersebut muncul berbagai harapan untuk rektor baru UB 2022-2027. Akan tetapi, hal ini juga dibarengi isu yang kurang sedap di lingkungan akademisi maupun pegawai UB, yakni terkait adanya Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN).
Dijelaskannya melalui sebuah rilis, jika praktek KKN tersebut antara lain terjadi dalam rekruitment dosen dan pegawai Universitas Brawijaya. Bahkan KKN juga terjadi dalam pengangkatan dan penetapan pejabat strategis di lingkungan kampus dan penerimaan mahasiswa baru.
Melihat hal itu, sebagai lembaga pendidikan yang menciptakan para intelektual dan akademisi yang demokratis, menurutnya hal ini tidak terjadi. Mestinya UB memberikan contoh dan menjadi garda terdepan dalam demokrasi di segala bidang.
"Berbagai kalangan mulai para guru besar di UB, dosen dan pegawai menyayangkan peristiwa tersebut. Apalagi KKN tersebut dilakukan hanya untuk kepentingan kelompok-kelompok tertentu," tulisnya melalui rilis.
Pihaknya berharap, dalam proses pemilihan rektor UB periode 2022-2027, haruslah dimulai dengan memberikan kesempatan kepada calon terbaik untuk memimpin UB ke depan. Harapan tersebut tentunya adalah bagaimana Pilrek dapat berjalan secara transparan, demokratis, bebas dari KKN.
"(Ini) demi masa depan UB yang lebih baik dan menjadi contoh bagi Perguruan Tinggi dan Pemerintah dalam hal demokratisasi pemilihan pimpinan (dari rakyat untuk rakyat, dari sivitas akademika untuk sivitas akademika)," tulisnya.
Ditegaskannya, sebagai institusi milik negara dan bukan milik orang per orang atau milik kelompok, seharusnya UB sebagai lembaga pendidikan tidaklah patut terjadi KKN. Peristiwa tersebut, tentunya sangat menodai demokrasi di lembaga pendidikan.
"Semoga Universitas Brawijaya bisa berubah dan menjadi teladan demokratisasi di Republik Indonesia yang sangat kita cintai ini," ungkap salah satu Guru Besar UB ini.