JATIMTIMES - Ketua Umum KH Yahya Cholil Staquf Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), resmi mengumumkan susunan kepengurusan periode 2022-2027, Rabu (12/1/2022). Namun kepengurusan saat ini diakui Ketum PBNU lebih gemuk.
Dijelaskannya, Hal ini sengaja dirancang karena Nahdlatul Ulama memiliki konstituensi yang sangat luas. Pihaknya berkepentingan untuk menjangkau seluas-luasnya seluruh konstituensi. Sehingga hal ini membutuhkan personel yang lebih banyak.
Baca Juga : PBNU Resmi Umumkan Susunan Pengurus Periode 2022-2027
Dalam berbagai survei, lanjut Gus Yahya, warga NU atau yang mengaku warga NU kurang lebih separuh dari populasi umat muslim Indonesia.
"Banyak disebutkan dalam survei bahwa warga yang mengaku Nahdlatul Ulama lebih dari separuh muslim di Indonesia," tutur Gus Yahya, dalam pengumuman susunan kepengurusan PBNU.
Lanjut Gus Yahya, jika postur dari susunan kepengurusan ini mencerminkan realitas multipolar yang ada di lingkungan sekitar. Baik dari segi kedaerahan, dari segi gender maupun dari segi orientasi politik.
Dari segi kedaerahan, seluruh daerah di Indonesia terwakili dalam jajaran kepengurusan PBNU, sehingga pengurus yang dimiliki dalam PBNU ini merupakan pengurus yang berwajah nusantara.
Dalam 96 tahun usia NU menurut kalender Masehi dan 99 tahun menurut kalender Hijriyah, ditegaskan Gus Yahya, baru saat ini kaum perempuan diakomodasi dalam susunan pengurus harian PBNU 2022-2027.
Baca Juga : TK Kemala Bhayangkari Polres Kediri Kota Gelar Vaksinasi Anak Usia 6-11 Tahun
Sebagaimana berkali-kali ditegaskan, jika PBNU ingin menjaga jarak dari berbagai kepentingan politik. Hal tersebut dilakukan dengan cara mengakomodasi elemen kepentingan dari berbagai macam sudut politik.
"Supaya dalam satu kepengurusan antara satu sama lain bisa saling mengontrol, agar jarak politik satu dengan yang lain tetap sama," tuturnya.