JATIMTIMES - Peristiwa banjir bandang yang melanda Kota Malang, Kamis (4/11/2021) lalu, menyebabkan ratusan rumah di beberapa titik terdampak. Setidaknya berdasarkan asesmen yang dilakukan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Malang sebanyak 625 kepala keluarga (KK) dan sekitar 1.100 jiwa terdampak banjir bandang.
Salah satu titik terdampak banjir bandang yang menjadi sorotan pemerintah yakni di kawasan Kampung Putih yang terletak di RW 06 Kelurahan Klojen, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Di wilayah RW 06 tersebut terdapat empat RT terdampak dan yang terparah ada di RT 07, di mana sebanyak dua rumah ambrol dan satu rumah hanyut.
Baca Juga : Komisi D DPRD Lumajang Mediasi Untuk Dibukaya SD Jatimulyo 01
Ketua RT 07 Yuni Asminarsih mengatakan, dampak dari banjir bandang tersebut membuat beberapa barang dan dokumen penting miliknya hanyut terseret arus Sungai Brantas yang meluap dengan cepat.
"Kulkas saya hilang mas, terus KTP (kartu tanda penduduk) anak saya, STNK (surat tanda nomor kendaraan), BPKB (bukti pemilik kendaraan bermotor) dan Kartu Keluarga," ujar Yuni ketika ditemui di kediamannya, Selasa (9/11/2021).
Yuni juga menyebutkan, banyak juga rumah warga terdampak yang menyebabkan barang-barang untuk kebutuhan sehari-hari turut terseret arus. Namun dirinya mengaku belum mendata secara rinci terkait barang-barang maupun dokumen penting miliknya dan warga yang hilang terseret arus banjir bandang.
Hal itu disebabkan air Sungai Brantas yang meluap dan bercampur lumpur itu berhasil menghancurkan beberapa jendela dan pintu rumah warga. Alhasil mulai dari perabot rumah tangga, kasur, kulkas, televisi, mesin jahit, pakaian hingga dokumen penting menjadi penuh lumpur dan tidak sedikit juga barang yang terseret arus Sungai Brantas.
Dengan hilangnya kulkas miliknya dan beberapa perabot rumah tangga lainnya, Yuni yang sehari-harinya berjualan sayuran keliling pun mengaku bingung akan menyambung hidup dengan berjualan apa lagi.
"Saya belum tahu. Untuk berjualan gimana, biayanya dapat dari mana," ujar Yuni.
Terlebih lagi, Yuni mengaku bahwa saat ini dirinya harus menanggung dua orang penting di hidupnya. Yakni ibu dan suaminya. "Apalagi saya harus menanggung dua orang di rumah. Ibu saya sepuh, suami juga sakit stroke," tutur Yuni.
Baca Juga : Merasa Ras Tertampan, Suku Ini Adakan Tradisi Curi Istri Orang Lain
Di balik kerapuhan kondisi Yuni saat ini, dirinya mengaku hanya bisa menangisi keadaan saat salat saja. Di depan warga yang lain, Yuni menunjukkan kondisi hati yang kuat dan terus memotivasi warga lainnya yang turut terdampak banjir bandang.
"Jika saya menunjukkan kerapuhan saya, maka warga juga rapuh. Terkadang saya juga buat kelucuan-kelucuan agar warga bisa gembira dan tidak tertekan," terang Yuni.
Sementara itu, Yuni pun mengaku, saat terjadinya banjir bandang dirinya hanya bisa menyelamatkan beberapa barang saja. Yakni handphone dan uang di saku celana sebesar Rp 6 ribu.
Dengan hilangnya beberapa dokumen penting miliknya dan warga lainnya, Yuni berharap agar pemerintah atau pihak-pihak yang lain tidak mempersulit ketika dirinya bersama warga mengurus kelengkapan dokumen-dokumen penting tersebut.
"Saya berharap untuk pemerintah, waktu warga mengurus dokumen-dokumen itu supaya tidak dipersulit, karena kondisi saat ini buat makan saja sulit," pungkas Yuni.