JATIMTIMES - Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 4 Malang melakukan pengerukan resapan air atau normalisasi di pekarangan sekolah. Hal itu dilakukan secara mandiri. Pasalnya, pembangunan drainase di sekolah yang terletak di Desa Harjokuncaran, Kecamatan Sumbermanjing Wetan itu masih tertunda hingga saat ini.
Pekerjaan normalisasi resapan air itu dilakukan selama kurang lebih 3 hari. Dengan alat yang disewa oleh pihak MTsN 4 Malang secara mandiri.
Baca Juga : Viral Anak Kirim Ibu ke Panti Jompo di Malang, Ini Pesan Ulama untuk Setiap Anak
"Agar banjir itu tidak kembali terjadi pada saat musim hujan seperti sekarang, kami ambil langkah cepat dengan melakukan pengerukan dengan menggunakan dana mandiri madrasah", ujar Kepala MTsN 4 Malang, Ahmad Ali Rabu (3/11/2021).
Tentunya, meskipun sudah dilakukan normalisasi secara mandiri, pihaknya tetap berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang bisa tetap mengambil langkah. Seperti membangun drainase seperti yang telah dijanjikan. Apalagi menurutnya, tempat tersebut sebelumnya sudah pernah dilakukan survei.
"Normalisasi resapan air ini sifatnya kan hanya jangka pendek. Dan untuk jangka panjangnya yang harus dibangun yang sudah direncanakan. Sebenarnya, kawasan itu sudah pernah disurvei tahun 2020 lalu. Konsultannyapun sudah melakukan pendataan serta pengukuran. Mungkin karena masih suasana pandemi Covid-19, sehingga pelaksanaan pembangunan ini masih harus tertunda," terang Ali.
Selain berharap tahun 2022 depan, pembangunan buangan air di kawasan Madrasah ini dapat terealisasi. Selain itu, dirinya juga meminta kepada warga sekitar untuk tidak buang sampah sembarangan.
Baca Juga : Akhir 2021, Mal Pelayanan Publik Kota Malang Sudah Bisa Difungsikan
Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Desa Harjokuncaran Arif Sujono yang berharap, agar Pemkab Malang segera merealisasikan pembangunan normalisasi resapan air di kawasan MTsN 4 Malang yang secara administratif masuk wilayah Desa Harjokuncaran.
Seperti diberitakan sebelumnya,
sebagai penyebab banjir di kawasan MTsN 4 Malang beberapa waktu lalu dikarenakan luapan air bah dari perkampungan warga yang masuk ke halaman sekolah. Pasalnya, keberadaan sekolah lebih rendah dibanding permukiman warga. Sehingga air tidak bisa keluar lantaran saluran pembuangan air terbatas dan buntu. Akibatnya, terjadi beberapa kerusakan dengan total kerugian sebesar Rp 50 juta.