JATIMTIMES - Masih membekas kuat di benak kita, tragedi tenggelamnya kapal selam TNI Angkatan Laut (AL) KRI Nanggala-402. Kapal tersebut dinyatakan hilang saat hendak uji tembak rudal di Laut Bali pada 21 April lalu.
Baca Juga : 3 Kelas Rusak Parah, Ratusan Siswa SD di Jombang Terpaksa Berbagi Ruang Belajar
Ada 53 awak kapal di Nanggala kala tragedi itu terjadi. Saat ditemukan pada 25 April, kapal selam yang usia pakainya sudah sepanjang 40 tahun itu telah tergolek di dasar laut sedalam hampir 840 meter. Kedalaman itu auh di luar kemampuan selam Nanggala yang 250 meter.
Nanggala didapati sudah pecah menjadi tiga bagian. Sampai evakuasi berakhir, tak ada seorang pun yang berada di dalam kapal selam itu yang diyakini selamat.
Duka mendalam atas tragedi Nanggala itu kembali menyembul di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Trenggalek saat menggelar bedah buku Antologi Puisi untuk Nanggala (9/10/2021). Acara yang berlangsung virtual melalui kanal Zoom ini digelar menyambut bulan bahasa 28 Oktober 2021.
Menghadirkan tiga narasumber sebagai pembedah, acara ini mengulik pesan dan duka mendalam atas tragedi Nanggala lewat buku yang ditulis dosen dan mahasiswa PBSI STKIP PGRI Trenggalek itu.
Narasumber pertama Dr Widi Suharto MPd. dosen, sastrawan, dan pegiat literasi. Widi mengungkapkan karya antologi dosen dan mahasiswa STKIP PGRI Trenggalek ini cukup mewakili perasaan dan duka yang dirasakan bangsa Indonesia atas tragedi Nanggala. Menurut mantan guru SMAN 1 Gondang, Tulungagung, tersebut, kata sederhana dan apa adanya yang diungkapkan dalam antologi ini memiliki makna mendalam dan puitis.
Baca Juga : Gandeng Donatur dan JatimTIMES, Rumah Sedekah NU 2 Salurkan Bantuan kepada 25 Anak Yatim
Toni Saputra, narasumber kedua, yabg juga politikus dan direktur penerbit Sembilan Mutiara Publishing, menyampaikan antologi ini tergolong terbitan buku yang paling lama daripada terbitan sejenis karya mahasiswa PBSI sebelumnya. Pasalnya, menurut Tosa, sapaan akrabnya, karya yang masuk benar-benar disesuaikan dengan tema. "Isi puisi juga harus mencerminkan kondisi yang terjadi," ungkapnya.
Sementara, Irma Arifah MPd, dosen dan sastrawan, yang didapuk sebagai narasumber ketiga, mengapresiasi baik karya antologi tersebut. Mencermati karya mahasiswa, menurut narasumber 12 hari menulis puisi bagi Guru Mengajar untuk Nusantara (Gumun) ini, sebagian besar karya telah memanfaatkan diksi dengan baik. Irma menambahkan permainan bunyi atau rima juga banyak digunakan meski tak terlalu banyak memanfaatkan majas dan simbol.
Bedah buku virtual Antologi Puisi untuk Nanggala ini salah satu rangkaian kegiatan menyambut bulan bahasa, selain monolog dan seminar umum yang diadakan STKIP PGRI Trenggalek. Sejumlah 300 peserta mahasiswa dan alumni hadir secara virtual menyemarakkan kegiatan ini.
Tampak hadir juga, Komandan Satuan Kapal Selam Koarmada II Kolonel Laut (P) Wirawan Ady Prasetya; Ketua STKIP PGRI Trenggalek Dr Hj Dwi Kuncorowati MPd, Kaprodi PBSI Rohmat Febrianto SPd MPd, Sekprodi PBSI sekaligus penanggung jawab beda buku Flora Puspitaningsih SE MPd.