TULUNGAGUNGTIMES - Selain kisah Ibu dan anak menjadi kucing di makam keramat Kembang Sore Tulungagung, salah satu kisah juga terungkap di sana. Seorang peziarah asal Jember yang tinggal di Surabaya, SP (initial) mengungkapkan pengalamannya, Selasa (10/08/2021) kemarin.
Pria yang sehari-harinya bekerja sebagai tukang parkir itu mengaku cukup sering ke makam yang berada di puncak giri Bolo di Desa Bolorejo, Kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung.
Baca Juga : Bagian dari Sejarah Majapahit, Makam Roro Kembang Sore Belum Dapat Perhatian dari Pemkab Tulungagung
"Kali ini menyampaikan permintaan agar anak saya yang kedua segera diangkat jadi Pegawai Negeri Sipil (PNS)," kata SP, yang saat ditemui selesai dari dalam makam dan istirahat di gubuk yang berada di halaman sisi timur.
Anak SP sendiri sudah bekerja delapan tahun di salah satu instansi, namun hingga saat ini masih berstatus honorer. Sedangkan anak yang pertama, sudah diangkat beberapa tahun lalu juga atas usahanya berdoa di makam keramat Roro Kembang Sore ini. "Yang pertama sudah diangkat PNS, sekarang saya berdoa untuk anak kedua," jelasnya.
Dalam perbincangannya, SP mengisahkan perjalanan hidupnya yang hanya sebagai tukang parkir di kota besar Surabaya. Memasuki masa pandemi, tempat ia bekerja mengalami penurunan dan ia putuskan untuk berhenti. "Tanggungan saya arisan, cicilan motor dan lainnya besar. Jika dari parkir tidak mungkin saya bisa bayar," ungkapnya.
Tak mau terus terpuruk, awal pandemi SP datang lagi ke Tulungagung atau tepatnya ke makam nyi Roro Kembang Sore ini. "Pulang dari sini, saya mencoba telepon majikan-majikan yang saya kenal di Surabaya. Saya langsung dicari dan diajak kerja," imbuhnya.
Anehnya, meski sebagai orang baru ia dipercaya menjadi pengawas untuk pekerja lama. "Saya hanya disuruh cek kerjaan yang sudah berjalan, gajinya jauh di atas pekerja lama," terangnya.
Baca Juga : PPKM Berlanjut, Dewanti: Kita Harus Memperpanjang Kesabaran
Atas dua pengalaman yang nyata terjadi ini, kedatangan SP mendoakan anaknya lagi adalah usaha yang ketiga kalinya. "Ini hajat ketiga, saya sudah nazar bila berhasil akan rutin membawa sego anget (nasi hangat) ke sini," tuturnya.
Sebagaimana pendapat Basuki, SP yang telah membuktikan sendiri pengalaman hidupnya sukses nyadran di makam Kembang Sore ini juga menolak adanya kepercayaan jika ada syarat melacur.
"Datang ke sini saja harus mandi keramas agar tubuhnya bersih, kok malah ada cerita melacur dengan orang lain. Itu berbalik dari kenyataan dan akal sehat kita," pungkasnya.