TULUNGAGUNGTIMES - Makam Roro Kembang Sore yang berada di wilayah Gunung Bolo, Desa Bolorejo, Kecamatan Kauman tampak belum mendapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tulungagung.
Makam dari seorang Tokoh di era Kerajaan Majapahit itu masih dikelola secara swadaya dan perawatannya pun masih dilakukan secara kultural oleh masyarakat yang peduli dan berkunjung ke situs sejarah tersebut.
Baca Juga : Rumah Ibadah Bergerak Terus Bergerilya, Masjid Babul Jannah Komitmen Bergerak Tangani Covid-19
Juru pelihara atau juru kunci makam Roro Kembang Sore, Basuki mengaku, hingga saat ini belum ada kontribusi apapun baik dari pemerintah Desa maupun Pemerintah Kabupaten melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata terkait pemeliharaan situs sejarah itu.
Menurut pria yang sudah menjadi juru kunci sejak tahun 1990 itu, perawatan dan pembangunan makam Roro Kembang sore diambilkan dari para donatur yang berziarah ke makam itu.
"Donatur diambil dari tamu yang datang," kata Basuki saat dikonfirmasi Selasa (10/08/2021).
Basuki juga heran, kenapa pemerintah tidak memperhatikan situs sejarah itu. Padahal, dalam sejarah Roro Kembang Sore dulunya merupakan tokoh dan dekat dengan penguasa Kerajaan Majapahit serta ada hubungannya dengan sejarah Babat Tulungagung.
Saat dilihat di lokasi, tampak makam Roro Kembang Sore dibangun sederhana yang tidak menggambarkan makam seorang tokoh. Bahkan tembok bangunan makam juga terlihat sudah mulai rusak dan retak di sana sini.
"Temboknya sudah mulai rusak 4 tahun lalu. Dan tidak ada perhatian dari Pemerintah," tutupnya.
Terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Tulungagung melalui Kasi Pelestarian Cagar Budaya, Museum dan Purbakala Winarto mengatakan, semenjak menjabat sebagai Kasi dirinya belum pernah mengunjungi situs tersebut.
Menurut Winarto, dirinya pernah mendengar cerita tapi belum secara komprehensif yang intinya situs makam Roro Kembang Sore terkendala terkait dengan pengelolaan atau kepemilikan dari situs itu.
Baca Juga : Sinergi dengan USAID, BEM Unisba Blitar Gelar Pelatihan Kewirausahaan untuk Mahasiswi
"Dulu pernah ditangani Kabid Pengembangan, tapi tidak tahu kendalanya apa," ungkapnya.
Terkait dengan belum adanya perhatian, lanjutnya, kesejarahan dari situs itu harus diteliti dulu, ada kaitannya dengan Tulungagung atau tidak. Atau mungkin situs itu sudah dikelola Desa, seperti situs Makam Ngujang sehingga Dinas tidak bisa ikut mengelola situs tersebut.
"Untuk juru pelihara kan tidak harus dari Dinas, seperti makam Ngujang, Makam Pantai Popoh, Pasetran Gondo Mayit di Sine, itu kan sudah ada juru Pelihara dari Desa," jelasnya.
Sebagai Dinas yang membidangi, Winarto berjanji setelah PPKM level 4 atau tidak dalam WFH, akan melakukan kunjungan ke situs Makam Roro Kembang Sore untuk melakukan observasi.
Selain itu, Winarto juga akan mencari referensi terkait kebenaran sejarah dari Roro Kembang Sore yang ada kaitannya dengan Kerajaan Majapahit dan Babat Tulungagung.