MALANGTIMES - Islam mengajarkan jika berdagang menjadi salah satu jalan mencari rezeki. Jika dahulu berdagang dipandang sebelah mata, saat ini justru banyak orang berlomba-lomba berdagang dan menjadi pengusaha. Terlebih lagi, dengan seiring kemajuan teknologi, kian banyak juga menjamur pedagang-pedagang yang menjajakan dagangannya secara online.
Lantas, bagaimana Islam memandang hal tersebut?, dan benarkah hal itu merupakan pertanda adanya kiamat? Mari kita simak informasinya berikut ini yang diolah dari almanhajdotordotid dan juga channel Islam populer.
Baca Juga : D’Comoe Retro, Pusatnya Sparepart Motor Klasik di Kota Blitar
Harta merupakan sebuah penunjang dalam beribadah. Karena itu, seseorang diberikan ruang untuk mencari rezeki halal dan dengan takaran yang pas guna mencukupi kebutuhan hidup serta untuk beribadah.
Mengenai harta, pada zaman Rasulullah SAW, kaum muslimin pernah dalam kondisi yang sulit. Bahkan berbulan-bulan tak pernah ada nyala api yang berkobar di dapur rumah Rasulullah. Saat itu beliau hanya memakan kurma dan meminum air putih.
Beliau mengatakan kepada para sahabatnya, jika akan terdapat perubahan, dimana akan ada masa harga akan melimpah ruah. Namun kondisi ini merupakan salah satu tanda-tanda kiamat.
Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Hari kiamat belum akan terjadi sampai kalian memiliki banyak harta, bahkan sampai melimpah sehingga pemilik harta harus mencari siapa penerima zakat hartanya. Dan ketika seseorang dipanggil untuk diberi zakatnya, orang itu akan menjawab, 'aku tidak membutuhkannya' (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW menjelaskan, jika salah satu pertanda kiamat adalah melimpahnya harta dibarengi dengan banyaknya orang berdagang. An Nasa'i meriwayatkan dari Amr bin Taghlib Radhiyallahu anhu, beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 'Sesungguhnya diantara tanda-tanda kiamat adalah melimpah ruahnya harta dan banyaknya perdagangan".
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya diantara tanda-tanda hari kiamat adalah kian melimpahnya harta, menjamurnya perniagaan, merebaknya kebodohan, orang yang melakukan jual-beli akan mengatakan 'aku tidak mau bertransaksi denganmu sampai aku bertanya terlebih dahulu kepada pedagang dari Bani Fulan. Dan ketika aku mencari seorang juru tulis dari sebuah daerah, ia tak dapat menemukannya," (HR. Nasai Al-Albanj).
Baca Juga : Kisah Suami di Tulungagung yang Bingung Dicerai Istri Tercinta dari Luar Negeri
Apa yang dijelaskan oleh Rasulullah memang telah sesuai dengan realita saat ini. Perdagangan menjadi banyak bahkan wanita ikut berperan serta didalamnya. Dan hal itu dikabarkan juga merupakan sebuah tanda kiamat. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan al-Hakim dari ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa “Menjelang tibanya hari Kiamat, salam hanya diucapkan kepada orang-orang tertentu, dan banyaknya perdagangan hingga seorang wanita membantu suaminya dalam berdagang.”
Hal itu semakin dikuatkan lagi dengan sabda Rasulullah, "Sesungguhnya diantara tanda-tanda hari kiamat adalah kian melimpahnya harta, menjamurnya perniagaan, merebaknya kebodohan, orang yang melakukan jual-beli akan mengatakan 'aku tidak mau bertransaksi denganmu sampai aku bertanya terlebih dahulu kepada pedagang dari Bani Fulan. Dan ketika aku mencari seorang juru tulis dari sebuah daerah, ia tak dapat menemukannya," (HR. Nasai Al-Albanj).
Mengenai kondisi itu, Rasulullah mengabarkan, bahwa beliau tidak takut terhadap kefakiran yang menimpa umatnya. Akan tetapi Rasulullah takut ketika dunia dibentangkan kepada mereka sehingga terjadi perlombaan untuk meraih kekayaan.
Dijelaskan dalam hadits bahwa Rasulullah bersabda, “Demi Allah, bukanlah kefakiran yang lebih aku takutkan menimpa kalian, akan tetapi yang aku takutkan atas kalian jika dunia dibentangkan kepada kalian sebagaimana telah dibentangkan kepada orang-orang sebelum kalian, sehingga kalian dibentangkannya sebagaimana mereka berlomba-lomba, dan (dunia) menghancurkan kalian sebagaimana (dunia) telah menghancurkan mereka.” (Muttafaq ‘alaihi).