MALANGTIMES - Kegigihan Dapin Narendra (35) menggeluti dunia usaha keju mozarella membuahkan hasil. Dari usaha keju mozarella khas Malang yang dulunya hanya memiliki omzet ratusan ribu per bulan, kini sudah bisa tembus Rp 200 juta per bulan. Capaian omzet yang besar itu diraih Dapin dari kerja kerasnya sejak masih duduk di bangku kuliah.
Dapin merupakan mahasiswa Ilmu Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB) angkatan tahun 2005. Sewaktu , kuliah dirinya bekerja serabutan supaya tidak memberatkan kedua orang tuanya.
Baca Juga : Lanjutkan Kuliah, Guru TK Ini Dipecat setelah Berurusan dengan Debt Collector Puluhan Pinjaman Online
Berbagai jalan terjal harus dilalui oleh Dapin untuk menempa dan mengasah mental bisnisnya untuk menjadi pengusaha yang kuat. Salah satunya Dapin harus molor kuliah hingga enam tahun.
"Saya dulu memang lulusnya agak lama. Saya juga jarang di kampus dan tidak terlalu berprestasi. Nilai saya juga tidak bagus, bahkan nilai saya tidak bisa dipakai untuk melamar kerja. Tapi saya terus semangat untuk meraih cita-cita. Meski bekerja seadanya, saya juga mencoba menabung untuk membangun usaha sendiri," ungkapnya.
Lanjut Dapin kegagalan dalam membangun usaha pun kerap kali dihadapinya. Namun pada tahun 2017, Dapin melihat peluang usaha yang menjanjikan. Yakni peluang usaha keju mozarella yang pada saat itu sedang banyak peminat, dimana para pelaku usaha yang lain memanfaatkan kolaborasi makanan lokal dengan keju mozarella.
"Keju Mozarella sudah usaha saya yang kesekian yang dulu juga merupakan kajian skripsi saya. Di 2017 saya amati permintaan cukup tinggi, sehingga saya putuskan untuk fokus di usaha keju mozarella ini," terangnya.
Selain permintaan konsumen yang cukup tinggi, proses pada pengolahan keju mozarella milik Dapin juga cukup cepat dan perputaran modal juga berjalan cepat. Akhirnya usaha keju mozarellanya ini pun juga semakin dikenal hingga pasar nasional.
Sudah banyak daerah yang menjadi jujukan produk keju mozarella olahan tempat usaha milik Dapin ini. Penjualan keju mozarellanya telah tersebar di hampir setiap kota di Jawa, Samarinda, Balikpapan, Bali hingga Nusa Tenggara.
"Ini berbasis nabati sehingga dari segi kehalalan lebih terjamin karena tidak ada komponen yang berbau hewan. Pada umumnya proses pengasaman mengunakan fermentasi bakteri dengan waktu yang lama, kita menggunakan asam organik sehingga lebih cepat," terangnya.
Baca Juga : Lewat Zoom Meeting, Presiden Umumkan Kenaikan Covid-19 di 15 Daerah Meski ada Larangan Mudik
Peningkatan permintaan pasar pun membuat Dapin terus berinovasi dan mengembangkan usahanya. Sampai pada tahun 2018 Dapin menjalin kerja sama dengan Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh, Kota Malang.
"Waktu itu saya butuh tempat, saya dikenalkan dengan Prof. Bisri, pengasuh Ponpes dan mantan Rektor UB. Karena ada ikatan guru dan murid, saya diizinkan melakukan produksi di sini. Alhamdulillah di sini lebih berkembang dan dikenal lebih luas. Dulu produksi di rumah hanya 240 liter, sekarang 1.300 liter sekali produksi," ujarnya.
Sempat diterjang pandemi Covid-19 usaha keju mozarella milik Dapin sempat terdampak, namun masih bisa terus bangkit. Juga sempat kesulitan saat mencari bahan baku susu, Dapin pun memanfaatkan relasi yang ada dan akhirnya mendapatkan di wilayah Pasuruan, Malang dan Batu.
Terakhir, Dapin pun juga memberikan pelajaran bagi masyarakat maupun kaum-kaum muda agar tidak takut untuk terjun di dalam dunia usaha. Yang paling penting kata Dapin harus belajar berani mengambil resiko.
"Hindari kebiasaan yang bersifat terlalu nyaman. Karena itu dapat menghambat perkembangan. Cobalah hal-hal yang beresiko sehingga akan mempercepat kita untuk menjadi lebih baik. Dengan menemukan hal-hal yang bersifat beresiko itu bisa melatih insting kita untuk berinovasi," pungkasnya.