free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Gara-Gara Covid-19, Peternak Puyuh di Blitar Selatan Gulung Tikar

Penulis : Youis Nur Wahyudi - Editor : Yunan Helmy

01 - Mar - 2021, 02:49

Placeholder
Mahasiswa UST Yogyakarta Youis Nur Wahyudi (kanan) bersama Paryoto, peternak telur puyuh di Kecamatan Bakung, Blitar.

BLITARTIMES - Akibat merebaknya covid-19 di Indonesia, peternakan skala rakyat terancam kolaps menyusul anjloknya komoditas unggas di tingkat peternak. Di Kabupaten Blitar, misalnya, peternak telur puyuh berada di ambang kebangkrutan akibat dari pandemi covid-19 yang sudah berlangsung selama satu tahun. 

Ya, sebagaimana diketahui Kabupaten Blitar adalah daerah agraris yang memiliki keunggulan di sektor pertanian dan peternakan. Salah satu daerah penghasil telur puyuh di Blitar  adalah Kecamatan Bakung. 

Baca Juga : Hasil Otopsi, Pemilik Toko di Blitar Dipastikan Tewas akibat Kekerasan Benda Tumpul

 

Paryoto (41), salah satu peternak telur puyuh dari Desa Ngrejo, Kecamatan Bakung, menuturkan, peternak puyuh di Blitar Selatan banyak mengalami kerugian. Bahkan tidak sedikit yang harus gulung tikar akibat dari pandemi covid-19 yang belum usai. 

“Kebanyakan peternak puyuh saat ini  mengalami kendala pada harga penjualan telur maupun pembelian pakan. Para peternak harus berpikir ekstra supaya bisa bertahan dalam kondisi harga yang tidak sebanding,” ungkap Paryoto. 

Paryoto mengaku, peternak puyuh saat ini di ambang kebangkrutan akibat pandemi yang berkepanjangan. Para peternak mengalami kerugian dan kesusahan mengelola peternakannya karena situasi dan sistem ekonomi yang tidak kondusif. 

‘Para peternak puyuh di Blitar Selatan kebanyakan hanya terpaku pada satu pengepul telur/pengadah telur dan pemasok pakan. Hal itu terjadi karena harga pakan tidak sebanding dengan hasil penjualan telur. Selain itu, para peternak kesulitan untuk melakukan perbandingan harga karena minimnya pengepul telur/pengadah telur dan pemasok pakan,” paparnya.

Lebih dalam Paryoto menyampaikan, sebelumnnya di Kecamatan Bakung ada sekitar 50 peternak puyuh. Jumlah peternak terus menyusut akibat pandemi vovid-19.  Banyaknya peternak gulung tikar disebabkan oleh turunnya harga telur secara drastis dan naiknya harga pakan yang semakin tinggi.

“Kondisi ini membuat peternak puyuh sehingga membuat para peternak puyuh harus berutang kepada pemasok pakan. Dan hal tersebut berlangsung secara terus menerus sehingga peternak puyuh terpaksa memutuskan untuk gulung tikar,” pungkasnya. (*)

Baca Juga : Pedagang Pasar di Kota Malang Segera Jalani Vaksinasi, Diskopindag Minta Digelar di Pasar

 

Penulis  Youis Nur Wahyudi, mahasiswa Prodi Manajemen Semester 4 Universitas Sarjanawiyata Taman Siswa (UST)  Yogyakarta     

            

 


Topik

Peristiwa



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Youis Nur Wahyudi

Editor

Yunan Helmy