Sudah bukan menjadi rahasia bahwa masa pandemi menjadi penyebab banyak aktivitas perekonomian menjadi lesu. Hampir semua kalangan masyarakat mengeluhkan hal ini, tak terkecuali para guru.
Tanggal 25 November 2020 telah diperingati sebagai Hari Guru Nasional, setiap tanggal ini euforia bisa dilihat dari banyaknya ucapan “Selamat Hari Guru” dari berbagai lapisan masyarakat.
Baca Juga : Kampus Boleh Gelar Wisuda Tatap Muka, Penuhi Dulu Syaratnya
Akan tetapi, benarkah nasib guru sudah sesuai dengan jasa-jasanya? Sedangkan seorang guru juga harus menyiapkan diri digelari sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Nasib guru menjadi perbincangan tersendiri, apalagi ketika mencatut posisi guru honorer.
Dengan berbagai polemik yang ada terkait guru honorer mulai dari status hingga kesejahteraannya, apakah guru honorer memiliki tips dan trik dalam mempertahankan eksistensinya?
Ni’mah dan Rahma adalah guru-guru honorer di salah satu MI dan MTS di Mojokerto. Di Hari Guru ini, Rabu (25/11/2020), mereka berkenan meluangkan waktu untuk diwawancarai MojokertoTIMES tentang bagaimana tips dan trik mereka menjalani profesi dengan tetap menjaga semangat sebagai salah satu pilar penopang terwujudnya anak bangsa yang cerdas, dalam segala keterbatasan pemenuhan kebutuhan ekonomi.
Menurut mereka, masalah dalam menyiasati kebutuhan ekonomi bukanlah hal baru, jauh sebelum adanya pandemi mereka sudah belajar membaca peluang ekonomi yang ada.
“Jadi guru honorer harus pandai menyiasati baik dari berhemat maupun mencari aktivitas lain yang bisa dijadikan sumber ekonomi, kalau tidak begitu ya bisa kacau,” ujar Rahma yang sudah menjadi guru honorer sejak 8 tahun yang lalu.
“Demi menjaga keuangan tetap stabil kami berdua membuka bisnis online. Jadi selain menjadi guru, kami memenuhi kebutuhan dengan berjualan di antaranya pakaian, jilbab dan beberapa fashion wanita,” papar Ni’mah yang sudah menjalankan bisnis online sejak 2 tahun lalu.
Semenjak dia menjadi guru honorer, Ni’mah juga mulai belajar berbisnis online. Begitupun Rahma. Mereka berdua sepakat bahwa berbisnis online adalah salah satu cara yang cukup berhasil dan cocok untuk dijadikan pekerjaan sampingan ketika pendapatan dari pekerjaan utama kurang bisa diharapkan untuk memenuhi kebutuhan.
“Bisnis online adalah cara kami mencari tambahan uang, karena pekerjaan tersebut bersifat fleksibel dan dapat dikerjakan di mana saja. Tinggal bagaimana membagi waktu yang pas sehingga kewajiban kita sebagai guru juga tidak terbengkalai,” jelas Rahma saat ditanya mengenai alasan memilih bisnis online sebagai sumber keuangan tambahan.
Baca Juga : Peringati Hari Guru dan HUT PGRI, Guru SDN 1 Yosomulyo Gelar Aksi
Sementara Ni’mah menimpali bahwa menjadi guru honorer hanya sedikit yang bisa diharapkan, sisanya adalah mencari berkah. “Menjadi guru honorer ini yang dicari adalah berkah dan manfaat ke diri sendiri yakni sebuah kemauan untuk terus belajar sembari mengajar, karena tugas saya sebagai guru adalah mengajar,” ungkap Ni’mah.
Ni’mah juga menambahkan kalau menjadi guru adalah cita-citanya, sehingga meskipun bisnis onlinenya berkembang dia tidak akan melepaskan pekerjaannya sebagai guru begitupun Rahma yang sepakat dengan hal tersebut.
Meskipun begitu di Hari Guru ini selain membagikan tips terkait cara mereka megatasi permasalahan keuangan dalam pemenuhan kebutuhan, mereka juga mengharapkan perhatian terutama dari pemerintah mengenai kondisi guru honorer saat ini.
“Ya meskipun kami memiliki pekerjaan tambahan berbisnis online, kami juga masih ingin bekerja sepenuhnya dan secara fokus untuk menjadi guru. Karena bagaimanapun cita-cita kami adalah menjadi guru, tapi karena kondisi yang belum sesuai harapan sehingga kami harus memutar otak untuk tetap memenuhi kebutuhan dengan berbisnis online,” Rahma mengutarakan harapannya di akhir wawancara.