Bagi kalian pencinta batik tentu sudah tak asing dengan Ecoprint. Tentu juga yang paling banyak terlintas berupa kain dengan beragam motif daun dan bunga. Namun, di tangan pengrajin di Kota Malang ini teknik Ecoprint dibuat dengan berbeda.
Ya, produk batik Ecoprint yang dihasilkan oleh Meylina, warga Jalan Madukoro, Kota Malang ini malah menggunakan bahan dasar kulit binatang. Mulai dari kulit kambing, domba hingga sapi.
Baca Juga : Kota Batu Kembangkan Pertanian Organik Standar Jepang, Hasilnya Fantastis
Ia menceritakan awal mula dirinya menjadi pengrajin batik, kemudian menerapkan teknik Ecorpint. Seiring dengan kreasinya, di tahun 2018 ia menemukan hasil karya yang bagus berbahan dasar kulit tetapi mampu menghasilkan produk Ecorpint.
"Saya melihat dari youtube, kok ada dan bagus akhirnya saya belajar, iseng saya coba cari bahan, warna kemudian tertarik membeli kulit. Dulu sempat dibeli (produk kulit ecoprint miliknya) sama salah satu pengusaha asal Sidoarjo, tapi saya pikir orang kok jadi nggak kenal saya. Ya sudah, sekarang bikin Brand sendiri, Alhamdulillah ikut pameran dan sudah mulai banyak peminat dari Ecorpint berbahan kulit ini," jelasnya.
Dari hasil kreasinya ini, beragam produk telah diluncurkan. Seperti berupa lembaran, kemudian tas, sepatu, hingga dompet kulit. Di masa pandemi Covid-19 ini, ia mengaku produk tas dan sepatu yang paling diminati konsumennya. "Memang masih ada pemesanan kain tapi itu hanya sekitar 20 persen, sisanya yang kulit dari tas dan sepatu," imbuhnya.
Meski menggunakan bahan dasar kulit binatang, Meylina menjelaskan proses memproduksi kulit Ecorpint tidak jauh berbeda dengan kain. Yakni, bunga atau daun ditempel pada kulit untuk menghasilkan motif yang diinginkan.
Hanya saja dalam proses pengukusannya sedikit berbeda, di mana api tidak boleh terlalu besar dan harus selalu diperiksa. "Kalau kain, suhu apinya tidak perlu kita jaga. Tapi kalau kulit posisi apinya ini harus dijaga. Itupun jenis kulit beda kebutuhan suhu yang diperlukan agar menuai hasil maksimal. Jadi jangan sampai kepanasan, karena bisa kriting, terus kaku," terangnya.
Sementara, berkaitan dengan harga jual, Meylina mengaku disesuaikan dengan produk yang diminta. Misalnya, untuk jenis sepatu Range harganya berkisar di angka Rp 350 ribu hingga Rp 500 ribu. Sedangkan untuk tas, ia menyebut berkisar Rp 400 ribu hingga Rp 800 ribu sesuai dengan ukuran dan modelnya.
Baca Juga : Dukung Penuh Daya Saing UMKM, BPOM Terus Dampingi UMKM Pangan dan Obat Tradisional
"Karena semakin besar kan butuh bahan yang lebih banyak, aksesoris juga. Kalau sepatu, paling sol saja yang beda itupun nggak banyak. Yang bikin mahal kalau sepatu itu modelnya, seperti boots itu. Karena membuatnya lebih ribet, Sport juga mahal," ungkapnya.
Meski sempat terpuruk lantaran terdampak Covid-19, namun Meylina tak patah semangat. Ia gencar memaksimalkan sosial media untuk menjadi ajang pemasarannya. Dan kini, produk-produk kulit Ecorpint buatannya mulai berjalan dan dipesan konsumen.
Dalam pemasarannya, ia mengatakan paling banyak customernya masih di lingkup Pulau Jawa. Adapun dari luar jawa, paling jauh yakni dari wilayah Kalimantan. "Ini baru mulai lagi, di April sampai Juni semoat berhenti. Tapi saya gencar mem-Posting karya di media sosial untuk menarik pembeli. Juni akhir mulai ada yang pesan, dan kini sudah mulai banyak lagi pesanan," tandasnya.