Sektor pertanian Kota Batu kena imbas pandemi covid-19. Harga hasil pertanian sempat merosot.
Karena itu, untuk mengantisipasi kerugian berlanjut dan tetap bertahan, para petani punya solusi tersendiri. Solusi itu dengan cara berkolaborasi dengan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi di Kota Batu. Kolaborasi dilakukan supaya Kelompok tani (poktan) dan gabungan kelompok tani (gapoktan) di Kota Batu tetap bisa bertahan.
Baca Juga : PROBIO, Gizi Terbaik dari Blitar untuk Anak Indonesia
“Supaya tetap bertahan di tengah pandemi covid-19, menang sudah seharusnya poktan dan gapoktan juga turut memanfaatkan jaringan digitalisasi tekhnologi,” kata Kepala Seksi (kasi) Pengolahan dan Pemasaran Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kota Batu Tri Agus Abdi Sholeh.
Ia menambahkan, saat pandemi memang petani sulit mendistribusikan hasil panen. Namun, akan tetap bertahan dengan cara membuat hasil panen tersebut menjadi olahan.
“Contohnya seperti hasil pertanian wortel yang banyak dihasilkan di Kecamatan Bumiaji. Karena harganya turun dan produksi berkurang, sehingga diolah menjadi keripik,” ucapnya. “Lalu dikalaborasikan dengan UMKM dan koperasi. Itu merupakan win-win solution, sehingga bisa tetap eksis di tengah pandemi dengan memanfaatkan peluang informasi dan jaringan,” sambungnya.
Ya petani menjadi produsennya, sedangkan pelaku UMKM menjadi pendistribusi dan yang memasarkan. “Beberapa poktan sudah bekerja sama dengan koperasi,” ucap Tri.
Baca Juga : Cerdas dalam Investasi Properti di Apartemen The Kalindra Malang
Untungnya masa new normal ini, tanaman hortikultura seperti sayuran kentang, kubis, wortel, dan brokoli kini mulai cenderung normal. “Harganya mulai beberapa minggu lalu di tingkat petani tidak terjadi kenaikan atau penurunan secara signifikan,” tutupnya.