Para pecinta kuliner di Indonesia belum semua familiar dengan ikan sidat. Ikan ini banyak dikonsumsi masyarakat Korea, Jepang, dan beberapa negara lain serta mulai banyak dicari seiring maraknya tren makanan Asia.
Secara bentuk, ikan sidat ini sepintas terlihat seperti belut. Tetapi ukurannya jauh lebih besar dibanding belut sawah. Tingginya permintaan konsumen membuat banyak pembudidaya mulai melirik ikan sidat.
Baca Juga : Dampak Pandemi Covid-19, DPRD Jatim Akan Usulkan Tambahan Modal untuk Bank UMKM
Seperti yang dilakukan Abdi Asmara, pria kelahiran Malang ini meraih peruntungan dengan membudidayakan sekaligus mengolah ikan sidat menjadi makanan ringan yang lezat dan bergizi tinggi.
Di awal usahanya, Abdi menjadi pembudidaya dan pemasok ikan sidat di beberapa daerah luar Jawa Timur yakni Bali, Jakarta, Bekasi. Dalam satu pengiriman, pihaknya memasok rata-rata 1,5 kuintal ikan sidat dengan harga Rp 175 ribu hingga Rp 200 ribu per kilogram.
Sejak merebaknya pandemi Covid-19 di Indonesia, bisnis budidaya ikan sidat yang ia geluti sejak 2014 terhenti. Penyebabnya, pengiriman ikan ke sejumlah wilayah tersendat dikarenakan kebijakan PSBB.
Menumpuknya ikan sidat di kolam Abdi, membuatnya harus memutar otak untuk melakukan inovasi baru. Dari situlah muncul ide untuk mengolah ikan sidat menjadi makanan ringan.
“Berawal dari coba-coba membuat makanan ringan stik berbahan ikan sidat. Dengan didukung istri yang suka memasak, kita mencoba beberapa kali resep adonan stik ikan sidat akhirnya kita menemukan formula adonan yang pas,” kata Abdi yang juga seorang praktisi pijat saraf.
Stik ikan sidat yang ia buat dicoba dibagikan ke tetangga kiri kanan ke teman-teman. Ternyata dia mendapat respons positif dan banyak yang suka. Akhirnya ia berusaha mengembangkannya.
"Alhamdulillah tetangga dan teman-teman banyak yang suka," kata pria 41 tahun asal Perumahan Villa Bukit mentari Blok B2 Kelurahan Pojok Kecamatan Mojoroto Kota Kediri ini.
Berawal dari situ, akhirnya ia mengembangkan stik ikan sidat. Dalam beberapa bulan ini, bisnis stik sidat yang ia tekuni bersama istrinya sudah merambah ke luar kota.
Baca Juga : Wagub Jatim Sebut Profesi Freelancer di Bidang Industri Kreatif Terus Meningkat
Dalam kurun waktu sekitar 5 bulan, permintaan stik ikan sidat cukup banyak hingga sampai ke Jawa Tengah, Yogyakarta, Jepara, Rembang. Selain itu, permintaan stik ikan sidat di wilayah Jawa Timur juga banyak seperti dari Madiun, Surabaya, Blitar, Sidoarjo dan Malang.
Abdi mengaku, stik ikan sidat ini banyak diminati karena berbeda dengan jajanan stik yang banyak dijual di pasaran. Kebanyakan, para penjual hanya membuat varian stik bawang.
"Sampai detik ini permintaan semakin banyak dan pasar pun responsnya bagus, akhirnya sudah saat itu kita menata pasarnya semuanya untuk ke depan lebih berkembang lagi," kata Abdi.
Harga stik ikan sidat yang ia jual bervariasi bergantung ukuran kemasan. Paling murah, dia membuat porsi kecil seharga Rp 2 ribu per bungkus yang cocok dipasarkan di warung-warung kopi.
Meskipun bisnis stik ikan sidat ini baru ia lakoni, Abdi mengaku omzet per bulan bisa mencapai Rp 14 juta.
"Dengan stik ikan sidat masyarakat bisa merasakan daging ikan sidat dengan harga yang murah dan tetap mendapatkan kandungan gizi yang sangat tinggi," ungkapnya.