Pemerintah Kabupaten Blitar melalui Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) konsisten memberikan pembinaan dan pendampingan kepada petani tembakau di Kabupaten Blitar. Di antaranya dengan memberikan pelatihan panen dan pasca-panen kepada petani.
Pembinaan tersebut berlanjut dengan praktik langsung di lapangan. Harapannya, petani benar-benar mahir dalam panen dan pasca-panen tembakau.
Baca Juga : Dewan Tuding Mutasi Pegawai Pemkab Bangkalan tidak sesuai Regulasi
Praktik panen dan pasca-panen tembakau dilaksanakan Dinas Pertanian dan Pangan di Desa Purworejo, Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar, Kamis (10/9/2020). Praktik kali ini dipusatkan di kediaman Susmianto, seorang petani asal Purworejo yang dikenal sukses dalam bertani tembakau. Praktik kali ini diikuti petani dari dua desa di Kecamatan Selopuro, yakni Desa Ploso dan Desa Tegalrejo.
Kepala Seksi (Kasi) Penyuluhan Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kabupaten Blitar Anita Arif Rahayu mengungkapkan, dengan praktik ini, petani yang mengikuti pelatihan diharapkan bisa benar-benar terbuka wawasannya mengenai panen dan pasca-panen tembakau. Dalam praktik ini, petani secara langsung diajak untuk mengolah daun tembakau dengan mesin rajang.
“Mesin rajang ini untuk menghemat tenaga kerja. Selain itu, Pak Susmianto ini punya inovasi. Setelah daun tembakau masuk mesin rajang, langsung keluar ke widik. Kalau yang lain belum langsung masuk ke widik. Jadi, mesin hasil inovasi Pak Sus ini sangat menghemat tenaga kerja. Dan kerja mesinnya cepat sekali. Ini yang kami harapkan jadi motivasi dan inspirasi bagi petani,” ungkap Anita kepada BLITARTIMES.
Praktik pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan petani di bidang budidaya pengolahan tembakau. Menurut Anita, selama ini petani diketahui belum terbiasa mengolah hasil panen dan pasca panen secara mandiri. Tembakau hasil panen dijual petani dalam bentuk daun basah kepada tengkulak.
“Kita bekali petani dengan pelatihan dan praktik agar terampil mengolah sendiri tembakau yang telah dipanen. Dengan mengolah sendiri, keuntungan yang didapat bisa lebih banyak daripada dijual dalam bentuk daun basah,” imbuhnya.
Sementara itu, Susminanto dalam kesempatan ini memberikan testimoni dan motivasi kepada para petani yang mengikuti praktik dan pelatihan. Ya, Susminanto adalah salah satu petani tembakau tersukses di Kabupaten Blitar. Selama bertahun-tahun, Susminanto konsisten bertani tembakau dan bermitra dengan PT Sadana.
Salah satu pesan penting yang disampaikan Susminanto kepada petani adalah dirinya mengajak para petani untuk berinovasi dalam bertani tembakau. Salah satu inovasi yang tidak boleh ditinggalkan adalah di bidang teknologi pertanian.
“Inovasi dan inovasi, kalau saya seperti mesin rajang ini. Bisa untuk menghemat tenaga. Karana begini, jaman sekarang itu cari tenaga kerja pertanian itu sulit banget. Sudah jarang anak muda yang mau diajak bertani. Saya punya dua mesin rajang, satu bahan bakar bensin dan satunya lagi bahan bakar listrik. Yang bensin ini cepet sekali kerjanya, pengolahan tembakau dikerjakan tiga orang saja cukup,” jlentrehnya.
Baca Juga : Retribusi Pasar belum Capai Target, Pedagang Kembali Ditarik
Menurut Susminanto, membuat mesin rajang tidaklah mahal. Mesin rajang berbahan bakar bensin bisa dipesan dengan harga Rp 1,5 juta saja.
“Inovasi mesin rajang ini untuk menyiasati sulitnya cari tenaga kerja pertanian. Jadi, kita harus bisa memodifikasi alat. Selain itu, mesin rajang akan meningkatkan kualitas produksi tembakau kita,” tegasnya.
Banyak pengetahuan bermanfaat yang didapat petani dari praktik kali ini. Muhamamd Zaenal selaku narasumber dari PT Sadana dalam kesempatan ini mengajak para petani untuk mencontoh inovasi teknologi seperti yang dilakukan Susminanto.
“Inovasi teknologi itu perlu karena perkembangan teknologi itu dari tahun ke tahun ada peningkatan. Jadi, kalau di dunia pertanian tidak berinovasi, maka kita pun akan ketinggalan dengan daerah lain. Dengan inovasi teknologi ini, petani akan menghemat waktu dan menghemat tenaga kerja. Dengan inovasi di bidang usaha tani, akan meningkatkan hasil dan menurunkan biaya produksi,” tandas Zaenal. (Adv/Kmf)