Desa Senduro di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang memiliki sejarah panjang terkait toleransi beragama. Desa yang juga menjadi pintu masuk ke Gunung Semeru ini bahkan menjadi percontohan Desa Sadar Kerukunan Antar Umat Beragama.
Wakil Bupati Lumajang Indah Amperawati mengungkapkan, pencanangan Desa Senduro menjadi percontohan kerukunan antar umat beragama ini bukan tanpa sebab. Pasalnya, masyarakat heterogen yang tinggal di desa ini dapat hidup rukun dan saling menghormati.
Baca Juga : Desa Panggung Harjo Tuan Rumah Puncak Kongres Kebudayaan Desa Selama 10 Hari Lewat Webinar
“Kalau tidak ada provokator yang masuk, saya yakin Senduro aman-aman saja. Karena Senduro ini satu keluarga, ini patut diapresiasi dan bisa menjadi contoh," ujarnya, Sabtu (15/8/2020) kemarin.
Bunda Indah, sapaan akrabnya, juga meyakini bila Senduro juga akan menjadi rujukan simbol kerukunan antar umat beragama.
Wabup yang juga Pembina Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Lumajang, berpesan jika 10 tahun ke depan Senduro bisa dikembangkan menjadi kecamatan yang banyak dikunjungi wisatawan.
“Adat istiadat disini memang masih lestari, terutama terkait bagaimana masyarakat membina kerukunan dengan yang berbeda keyakinan,” tambahnya.
Baca Juga : Wabup Lumajang: Sejak Awal Kami Miliki Konsen Terhadap Nasib Guru Honorer
Pada kesempatan yang sama, Kepala Desa Senduro Farid Rahman Hermansyah mengungkapkan bahwa masyarakat di wilayah ini merasa memiliki leluhur yang sama. Hal inilah yang menjadi dasar semangat gotong royong dan kerukunan senantiasa terjaga hingga hari ini.
"Kami merupakan keluarga besar, saling sambung, jadi apapun yang terjadi, kami bisa menjaga kerukunan antar umat beragama sampai anak cucu nanti," pungkasnya.