JATIMTIMES - Jumlah kunjungan ke Tenda Pendidikan Bencana (Tenpina) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Timur (BPBD Jatim) mencapai 4.741 orang sepanjang tahun 2024. Kalaksa BPBD Jatim Gatot Soebroto menyebut angka tersebut lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
Kunjungan itu berasal dari berbagai kelompok usia, mulai dari siswa TK, SD, SMP hingga kalangan mahasiswa. Selain itu, ada pula berbagai lembaga serta instansi, baik di wilayah Jatim maupun dari luar provinsi dan bahkan luar negeri.
Baca Juga : Melihat Perbandingan Prestasi Shin Tae-yong vs Patrick Kluivert, Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
Dibanding tahun 2023, jumlah itu juga mengalami peningkatan sekitar 23,8 persen atau sebanyak 918 orang dari jumlah kunjungan sebanyak 3.828 orang. Memasuki tahun 2025, Gatot yakin akan lebih banyak lagi kunjungan.
"Dengan adanya tambahan fasilitas simulator gempa dan ruang VR, kami yakin jumlah kunjungan pada tahun ini akan semakin meningkat," ujar Gatot, Senin (6/1/2025).
Di awal tahun 2025 ini, KB-TK Al-Muslim Waru Sidoarjo menjadi sekolah pertama yang mengawali kunjungan pembelajaran kebencanaan di Taman Edukasi Bencana. Gatot Soebroto juga menyampaikan terima kasih dan apresiasi atas kunjungan KB-TK Al-Muslim di awal tahun 2025 ini.
Kunjungan perdana yang diikuti 63 siswa TK B dengan 7 guru pendamping ini dilangsungkan Senin (6/1/2025). Selain mengikuti pembelajaran kebencanaan via Mobil Edukasi Penanggulangan Bencana (Mosipena), para siswa juga dikenalkan berbagai ragam bencana di Tenpina.
Para siswa juga dikenalkan dengan simulator gempa dan mencoba simulasi bencana ini dengan kekuatan 4 hingga 7 MMI, serta mencoba beberapa layanan game melalui layanan touch screen.
Baca Juga : Damri Layani 1 Juta Penumpang selama Libur Nataru 2024/2025, Ini Rute Terfavorit
Koordinator Guru Pendamping KB-TK Al-Muslim Siti Umroh menyampaikan terima kasih atas sambutan dan pembelajaran yang diberikan BPBD Jatim kepada anak didiknya. Baginya, pembelajaran kebencanaan ini sangat mengesankan, karena anak didiknya bisa mengetahui dan merasakan langsung kondisi di saat bencana melalui fasilitas yang ada.
"Fasilitasnya lengkap dan sangat kontekstual. Jadi para siswa bisa merasakan takut, cemas dan menangis seperti saat terjadi bencana," ujarnya.