free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Lingkungan

Suhu Udara Dingin Diprediksi Sampai Oktober, Ini Pengaruh Bagi Kesehatan hingga Kecantikan

Penulis : Arif Wijaya - Editor : Nurlayla Ratri

01 - Aug - 2020, 15:04

Placeholder
Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta

Indonesia mulai memasuki musim kemarau sejak pertengahan Juli 2020. Masyarakat di sejumlah wilayah mulai merasakan udara dingin, khususnya di malam hari. 

Di wilayah Sleman, misalnya, pada pagi hari udara tercatat mencapai 17,3°C dan di Malang Raya antara 14-15°C pada dini hari. Ternyata, udara dingin ini bisa berpengaruh buruk untuk kesehatan hingga kecantikan.

Baca Juga : DLH Kota Malang Ingatkan Perusahaan Tidak Buang Limbah di Sungai

Hal ini dijelaskan oleh Kepala Kelompok Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Etik Setyaningrum saat ditemui di Stasiun Klimatologi BMKG, Kamis (30/7/2020) lalu.

“Suhu minimum yang kemungkinan fluktuatif berkisar antara angka tersebut, berdampak bagi kesehatan juga seperti di kulit akan menyebabkan kering," terangnya. 

Oleh karena itu, dia mengimbau agar masyarakat selalu mengenakan jaket atau pakaian tebal jika memang harus keluar rumah. 

"Jika tidak ada urusan penting di malam hari, disarankan untuk tidak keluar rumah terlebih dahulu selama musim dingin ini,” tambahnya. 

Khusus untuk Yogyakarta dan sekitarnya, Etik menjelaskan suhu dingin di DIY dimulai sejak Juli 2020 dan tercatat suhu minimum berkisar 17,6°C.

“Cuaca dingin berpotensi akan berlanjut sampai pada puncak musim kemarau pada Agustus, dan diperkirakan berakhir pada Oktober mendatang,” terangnya.

Baca Juga : DLH Ngawi Anggarkan 800 Juta Bangun Reaktor Bio Gas Dan IPAL

Menurut Etik, beberapa daerah lain juga sudah mengalami hari tidak hujan, yaitu kekeringan meteorologis yang berdasarkan pengurangan curah hujan. “Kekeringan meteorologis yang dialami sekitar 31 sampai 60 hari ini masuk dalam status siaga karena sudah 1 bulan tidak hujan,” urainya.

Etik menjelaskan, cuaca dingin ini dipicu aliran angin monsun yang terjadi pada musim kemarau. Angin ini memiliki sifat yang kering dan tidak banyak membawa massa uap air. 

"Pada dasarnya proses berawal dari awan di atmosfer berfungsi untuk menjaga kelembaban bumi dengan menghambat pelepasan panas ke atmosfer. Pelepasan panas tersebut mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi dingin pada musim kemarau,” terangnya.

Benua Australia sendiri sedang dilanda musim dingin, otomatis angin yang berhembus ke arah Asia bersifat kering, sehingga wilayah yang dilewati menjadi dingin. “Secara geografis wilayah DIY yang berdekatan dengan benua Australia, akan terpengaruh hembusan angin yang menuju Asia tersebut,” pungkasnya.


Topik

Lingkungan



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Arif Wijaya

Editor

Nurlayla Ratri