Untuk memperkuat sektor produksi pertanian dalam negeri di tengah wabah Covid-19, Dinas Pertanian Bondowoso bekerja sama dengan Petrokimia Gresik yang merupakan perusahaan Solusi Agroindustri anggota holding Pupuk Indonesia melakukan penyemprotan massal pada lahan padi seluas 17 hektare di Desa Tenggarang, Kecamatan Tenggarang, Selasa (28/7).
Direktur Utama Petrokimia Gresik, Rahmad Pribadi menyatakan, langkah tersebut salah satu strategi untuk menggenjot produktivitas tanaman pangan di tengah ancaman krisis pangan.
Baca Juga : Kadis PMD Larang Jatim Puspa Dijadikan Alat Politik Pilkada
Rahmad menjelaskan, Phonska Oca merupakan gabungan antara pupuk majemuk NPK dan pupuk organik dalam bentuk cair, dengan kandungan C-Organik minimal 6%, unsur hara makro Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), dan diperkaya unsur mikro serta mikroba yang sangat bermanfaat untuk tanaman.
"Pupuk ini menjadi solusi praktis bagi petani. Dimana kandungan pupuk majemuk berfungsi untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan pupuk organik dapat memperbaiki kandungan hara pada tanah," ujarnya.
Phonska Oca telah melewati uji laboratorium di lembaga penelitian dan uji coba aplikasi di berbagai daerah. Selain tanaman padi, Phonska Oca juga dapat digunakan pada tanaman hortikultura.
“Berdasarkan hasil uji coba di berbagai daerah, Phonska Oca terbukti mampu mendongkrak produktivitas tanaman hortikultura hingga 61 persen,” ujar Rahmad.
Penggunaan pupuk tersebut menurut Rahmad bertujuan untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan melalui peningkatan produktivitas tanaman sekaligus perbaikan kondisi tanah. Sebab, 70 persen dari 8 juta hektare lahan sawah di Indonesia tidak sehat akibat penggunaan pupuk anorganik dan pestisida yang berlebihan dalam jangka panjang.
“Untuk itu melalui kegiatan ini, kami juga ingin meningkatkan kesadaran petani tentang pentingnya penggunaan pupuk organik, dalam hal ini adalah Phonska Oca,” katanya.
Baca Juga : Kukuh Raharjo Nahkodai KNPI Bondowoso
Sementara Kepala Dinas Pertanian Bondowoso, Mohammad Holil, mengimbau petani untuk menggunakan pupuk anorganik dan organik secara berimbang. Sebab, selain sebagai upaya mengatasi dikuranginya alokasi pupuk bersubsidi, pupuk organik juga bermanfaat dalam perperbaiki kondisi tanah yang rusak akibat penggunaan pupuk anorganik secara berkepanjangan.
“petani kita sepertinya sudab memiliki ketergantung pada pupuk bersubsidi. Untuk itu pemerintah pusat mengurangi pupuk bersubsidi minimal 50 persen,” katanya.
Pihaknya juga menginstruksikanpenyuluh untuk merubah mindset para petani agar tidak memiliki ketergantungan kepada pupuk yang bersubsidi. Akan tetapi lebih kepada penggunaan pupuk berimbang dengan harapan agar hasil panen lebih berlimpah.
“Salah satu langkah yang kita lakukan yaitu pencerahan ke petani. Menggunakan pupuk berimbang. Contoh yang kita lakukan mengadakan demplot di Suger Lor. Dimana produksi padi disana antara 8 sampai 9 ton per-hektar, dengan masa tanam 80 sampai 90 hari,” pungkasnya.