JATIMTIMES - Peternak di Kota Malang ingin agar segera ada langkah cepat dari pemerintah daerah (pemda) untuk melakukan penanganan terhadap penyakit mulut dan kuku (PMK). Hal tersebut disampaikan oleh seorang peternak sapi potong di Kelurahan Sanan Kecamatan Blimbing, Suwadji.
Suwadji mengaku bahwa virus PMK mulai perlu diwaspadai. Bukan tanpa alasan, menurutnya, virus yang pernah mewabah pada tahun 2022 lalu itu juga telah menyerang beberapa ternak sapinya. Untuk itu, ia berharap ada langkah cepat dari pemerintah agar penyakit yang menyerang hewan ruminansia itu tak meluas.
Baca Juga : Girindrawardhana, Portugis, dan Runtuhnya Majapahit: Simfoni Akhir Sang Kerajaan Hindu-Jawa
"Harapannya ya pemerintah bisa terus menangani kasus PMK ini supaya gak terjadi seperti di tahun 2022 lalu. Kan cepat sekali saat itu menyebarnya," ujar Suwadji.
Saat ini, ada 10 ekor sapi yang sedang dipelihara di kandangnya. Sapi miliknya sendiri, ada 6 ekor. Sedangkan 3 ekor lainnya milik mertuanya dan satu ekor lagi milik tetangganya. Namun sejauh ini menurutnya masih belum ada sapi di kandangnya yang memiliki gejala PMK.
"Sampai hari ini ternak saya belum ada yang terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK), tetapi (sapi) tetangga di sini sudah ada yang kena," imbuhnya.
Sementara itu berdasarkan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Malang, ada sebanyak 37 kasus PMK di Kota Malang, sepanjang Januari 2024 hingga awal tahun 2025 ini. Khusus untuk awal 2025 ini, sudah ada 12 kasus yang ditemukan.
Sedangkan 25 kasus PMK ditemukan sepanjang 2024. Sebanyak 19 ekor diantaranya telah berhasil disembuhkan karena telah terdeteksi gejalanya sejak awal. Sedangkan sisanya, sebanyak 2 ekor dipotong paksa dan sebanyak 4 ekor masih dalam proses pengobatan.
Suwadji mengatakan, ternak sapinya pun sebenarnya telah mendapat beberapa treatment dari Pemerintah Kota (Pemkot) Malang. Namun treatment tersebut diberikan pada tahun 2024 lalu.
"Kalau sebelumnya dari Dispangtan itu ada vaksin gratis, kemudian kalau sekarang dikasih obat vitamin, disuntik, kadang juga kalau sudah ada kelihatan gejala PMK seperti keluar lendir dari hidung itu langsung saya panggilkan mantri hewan. Kebetulan juga ada keponakan yang jadi dokter hewan," kata Suwadji.
Baca Juga : Mengenal Aquaplanning, Bahaya yang Incar Pemilik Mobil di Musim Hujan
Dirinya mengaku bahwa sebaran PMK saat ini sedikit berbeda dengan sebaran PMK pada tahun 2022 lalu. Menurutnya, pada tahun 2022 lalu, penyebaran PMK terjadi cukup cepat.
"Kalau 2022 itu begitu kena sakitnya dari hidung, mulut, langsung kuku kaki. Kalau sekarang pelan-pelan, gejalanya juga langsung terdeteksi. Ternak saya sudah divaksin semua, di sini sudah divaksin semua," imbuhnya.
Sedangkan saat ini, dirinya mengaku belum berani untuk membeli sapi ternak baru atau pun menjual sapinya. Hal tersebut juga menjadi imbauan dari Dispangtan Kota Malang. Namun demikian, dirinya tetap memiliki kekhawatiran penyakit itu kembali meluas.
"Saya juga belum pernah menjual lagi sekarang ini. Biasanya kalau dipasarkan ke Pasar Singosari, tapi di sana infonya ada yang sudah kena PMK," pungkasnya.