Jalanan di Yogyakarta di masa New Normal saat ini semakin ramai. Kesan adanya wabah covid semakin menghilang, walau belum senormal sebelum wabah. Yang membedakan adalah setiap pengendara motor kelihatan memakai masker dan orang-orang lalu lalang memakai masker.
Pusat-pusat perbelanjaan di Jalan Solo juga sudah ramai. Kantor dan kampus di sekitar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma Yogayakarta, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Kampus Concong Catur juga sudah menunjukkan aktivitas keramaian. Warung makan, warung kelontong, tempat foto copy dan penjilidan sudah buka.
Baca Juga : Begini Potensi Retribusi Uji Kir di Kabupaten Malang Paska Terdampak Pandemi Covid-19
Lalu lalang anak-anak muda berprofil mahasiswa juga sebagian sudah terlihat. Mahasiswa berdiskusi di tempat yang biasa mereka gunakan istirahat setelah kuliah juga sudah menunjukkan ada aktivitas. Walau memang tidak seramai saat sebelum wabah, namun kesan wabah semakin memudar.
Aktivitas masyarakat secara umum juga sudah dimulai. Tempat ibadah, pengajian, arisan, dan acara timbang bayi di dusun-dusun di Yogyakarta dimulai lagi. Semua dengan protokol kesehatan yang ketat sebagaimana diatur oleh pemerintah.
Lalu bagaimana dengan toko oleh-oleh khas Jogja? Mengingat toko oleh-oleh mayoritas pembelinya adalah orang luar DIY yang sedang berwisata.
Yogyakarta Times mewawancarai Gatot, seorang penjual oleh-oleh khas Jogja di jalan utama Jogja-Solo KM. 12 pada Rabu (22/7/2020). Menurutnya, pembeli oleh-oleh Bakpia pada masa Wabah Covid dan New Normal semakin sepi.
Ia mengatakan, bahwa penjualan di toko oleh-oleh miliknya masa New Normal ini maksimal kisaran Rp 100. Laba yang diperoleh dari penjualan itu tidak lebih dari 20 persennya.
“Sehari hanya bisa mendapat maksimal Rp100 ribu. 3 hari terakhir malah tidak sampai Rp 70 ribu dan bakpia banyak yang kadaluarsa karena tidak terjual,” ucap Gatot.
Selain itu, ia juga menceritakan banyak usaha dan sektor swasta lain yang tutup dan menderita kerugian sampai menghabiskan modalnya. Ia mencontohkan warung makan yang termasuk kategori besar dan terkenal yang berlokasi di Jalan utama Jogja-Solo ditutup karena tidak memperpanjang kontrak lokasinya.
Baca Juga : The Kalindra, Apartemen Mewah, Eksklusif, dan Murah di Malang
Pak Gatot mengetahui betul karena selain rumah makan itu berada di samping tokonya, juga karena yang disewa adalah tanah miliknya. Ia menceritakan bahwa beban membayar karyawan dan membayar listrik yang tentu tidak tertutupi karena sepi pembeli akibat wabah ini.
Namun, yang mengagumkan dari pak Gatot ini adalah saat Yogyakarta Times menanyakan bagaimana harapannya terhadap pemerintah dengan kondisi seperti ini? Ia menjawab dengan kebijaksaan orang Yogyakarta pada umumnya.
“Kondisi seperti ini adalah karena wabah yang semua orang mengalaminya. Saya nerimo ing pandum Gusti Alloh (Saya menerima apa adanya pembagian rezeki dari Allah SWT ini). Mudah-mudahan obatnya segera bisa ditemukan dan kehidupan bisa kembali berjalan dengan normal," ucapnya.