Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blitar terus memberikan pendampingan kepada petani tembakau di daerahnya. Potensi tembakau di Kabupaten Blitar terus berkembang, salah satunya berkat program inovatif dan terobosan dari Pemkab Blitar melalui Dinas Pertanian dan Pangan.
Pendampingan kepada petani tembakau di antaranya diwujudkan Dinas Pertanian dan Pangan dengan gelar Sekolah Lapang Good Agricultural Practices (SL-GAP) Tembakau di Desa Dadaplangu, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, Kamis (16/7/2020).
Baca Juga : Anggaran Terbatas, Pelaksanaan Verval Data Kependudukan Desa di Pacitan Tertunda
Sekolah lapang dengan tema Analisa Usaha Tani bersumber dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) diikuti 15 orang petani tembakau. Kegiatan dilaksanakan secara protokol kesehatan dengan seluruh peserta diwajibkan memakai masker, cek suhu tubuh dan jaga jarak.
Kasi Penyuluhan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar Anita Arif Rahayu menyampaikan, melalui SL-GAP ini pihaknya mendorong penguatan SDM petani di bidang bisnis. Sehingga petani tidak hanya memiliki bekal ilmu dan pengetahuan bercocok tanam tembakau saja.
“Kami ingin petani mahir berbisnis, tidak hanya andal dalam produksi. Dengan SL-GAP ini kami ingin petani bisa menghitung ongkos produksi sampai dengan jual tembakau dengan harga berapa dan keuntungan berapa. Efisiensinya akan ketemu, harga paling minim untuk tembakau ini," terangnya.
"Di masing-masing komoditas selalu ada BEP, yang paling minim itu berapa agar bisa untung. Bila sudah ketemu BEP, maka nanti bisa untuk bernegosiasi di pasar. Petani punya patokan menjual tembakau dengan harga berapa agar bisa untung. Pelatihan ini lebih ke manajemen bisnis,” lanjut Anita kepada BlitarTIMES.
Berdasarkan analisa dari Dinas Pertanian dan Pangan, sejauh ini sebenarnya hasil produksi tembakau di Kabupaten Blitar sudah cukup baik. Hanya saja, masih cukup banyak petani yang lemah dalam manajemen usaha tani.
”Petani masih sering kurang jeli. Untuk tenaga kerja, seringkali tidak dihitung karena masih keluarga, yang ngolah tanah masih keluarga, yang tanam masih keluarganya sendiri, hingga pasca panen masih keluarga. Tidak pernah dihitung berapa ongkos yang dikeluarkan untuk tenaga kerja,” urainya.
Baca Juga : Puncak Bersih Desa, Wali Kota Santoso Tasyakuran Bersama Warga Kelurahan Blitar
Lebih dalam Anita menyampaikan, SL-GAP kali ini diharapkan para petani bisa menerapkan manajemen agribisnis secara lebih efisien dan profesional.
”Mereka (petani) kadang di pasar itu kalah. Tidak pernah dihitung soalnya. Mereka mengira sudah untung, padahal tidak. Mereka rugi meskipun tembakau yang ditanam sebenarnya kualitasnya baik,” paparnya.
Sementara Dr Ahmad Deddy Syntori selaku narasumber dari BBPP Ketindan dalam paparanya menyampaikan, SL-GAP kali ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan di samping menumbuhkan jiwa enterpreunership petani dalam mengelola usaha pertanian tembakaunya.
“Dengan pelatihan ini para petani bisa menerapkan manajemen usaha tani yang baik. Sehingga usaha tani yang digelutinya semakin tumung dan berkembang dengan meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan,” tandasnya.(Adv/Kmf)