Ratu Mas Surabaya: Permaisuri Tegalarum dan Pilar Dinasti Mataram
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Dede Nana
10 - Feb - 2025, 09:59
JATIMTIMES - Dalam sejarah Nusantara, Ratu Mas Surabaya adalah sosok perempuan yang tak hanya memainkan peran penting di lingkup istana, tetapi juga sebagai penggerak perubahan sosial-ekonomi.
Ia adalah istri pertama dari Sinuwun Amangkurat I, Raja Mataram yang memerintah pada 1645-1677. Kisah hidupnya, mulai dari asal-usul hingga kontribusinya sebagai permaisuri, mencerminkan sinergi antara kebangsawanan, spiritualitas, dan kepemimpinan.
Baca Juga : Strategi Sukses Kelola Keuangan di 2025, Kuncinya Disiplin
Garwa Prameswari dan Wadah Wiji Sejati
Sebagai seorang garwa prameswari, Ratu Mas Surabaya bukan hanya pendamping raja tetapi juga simbol kekuatan moral dan intelektual. Dalam sistem monarki Jawa, peran permaisuri tidak sekadar estetika; ia menjadi penjaga stabilitas keluarga kerajaan dan pengaruh positif bagi rakyat.
Ratu Mas Surabaya, dengan nama kecil Raden Ajeng Siti Komariah, adalah gambaran ideal perempuan Jawa: cantik, cerdas, dan berbudi luhur. Kecantikannya sering diibaratkan dengan Dewi Ratih, sementara sifatnya yang ramah dan murah hati membuatnya dicintai oleh rakyat.
Asal-Usul: Darah Biru dari Bang Wetan
Ratu Mas Surabaya adalah putri Pangeran Pekik, Bupati Surabaya yang termasyhur sebagai keturunan Sunan Ampel. Ibunya, Ratu Pandansari, merupakan adik Sultan Agung, raja besar Mataram yang memerintah 1613-1645.
Dengan demikian, Ratu Mas Surabaya merupakan bagian dari trah mulia yang menurunkan raja-raja besar Nusantara.
Pangeran Pekik, putra Jayalengkara—raja terakhir Surabaya yang ditaklukkan oleh Sultan Agung—memastikan bahwa anak-anaknya dibesarkan dalam lingkungan yang sarat dengan nilai-nilai keislaman dan kejawaan. Dalam tradisi keluarga ini, harmoni, kebajikan, dan pengabdian kepada masyarakat menjadi prinsip utama.
Ratu Wetan yang Inovatif
Lahir dan besar di Surabaya, Ratu Mas Surabaya dijuluki sebagai "Ratu Wetan" karena asal-usulnya dari timur Jawa. Ia dikenal tidak hanya sebagai permaisuri tetapi juga pengusaha ulung.
Beberapa bidang yang ia kelola meliputi Pelabuhan Tanjung Perak, pabrik garam di Kalianget, Madura, hingga pengolahan minyak di Sumenep.
Kemampuan manajerialnya menciptakan lapangan kerja yang luas, mendukung stabilitas ekonomi Mataram, dan memuaskan kebutuhan rakyat. Sosoknya menjadi teladan bagi perempuan Jawa dalam berperan aktif di luar lingkungan domestik...