JATIMTIMES - Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surabaya mencatat terjadi inflasi bulanan (m-to-m) sebesar 0,36 persen di Kota Surabaya pada bulan Juni 2025. Sedangkan secara tahunan (y-on-y), inflasi Kota Surabaya mencapai 1,94 persen, dan inflasi tahun kalender (y-to-d) sebesar 1,27 persen.
Kepala BPS Kota Surabaya Arrief Chandra Setiawan menjelaskan, besaran inflasi tersebut tak lepas dari sejumlah peristiwa penting yang terjadi selama bulan Juni 2025. Fenomena tutupnya warung Madura pada momentum Hari Raya Iduladha, turut jadi pemicu inflasi.
Baca Juga : MK Putuskan SD-SMP Wajib Gratis, Wali Kota Surabaya Tunggu Juknis Pusat
Ini terjadi karena adanya tradisi toron alias pulang ke kampung halaman yang dijalani para pedagang Madura menjelang Hari Raya Iduladha. Praktis, jumlah pedagang di Kota Surabaya berkurang sehingga harga-harga ikut naik.
Selain itu, demo yang disertai aksi mogok sopir truk karena kebijakan Over Dimension Over Loading (ODOL), juga menyebabkan pasokan di pasar mengalami keterlambatan. Di sisi lain, permintaan sejumlah komoditas seperti cabai rawit, cabai merah, dan bawang merah, juga meningkat drastis menjelang Iduladha.
"Pedagang Suku Madura yang libur menjelang Iduladha dan aksi mogok supir truk karena kebijakan ODOL mengganggu pasokan, sehingga ketersediaan pasokan di pasar mengalami penurunan," ungkap Arrief Chandra Setiawan, Rabu (2/7/2025).
BPS Kota Surabaya mencatat, inflasi m-to-m pada bulan Juni merupakan inflasi ketiga pada tahun 2025. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang utama andil inflasi pada Juni 2025.
"Komoditas utama pada kelompok ini yang memberikan andil inflasi adalah cabai rawit beras, dan bawang merah. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau kembali inflasi, setelah 2 bulan sebelumnya mengalami deflasi," papar Arrief.
Komoditas cabai rawit, beras, bawang merah, emas perhiasan, dan mobil menjadi penyumbang utama inflasi Surabaya pada Juni 2025, dengan andil masing-masing sebesar 0,08 persen, 0,05 persen, 0,03 persen dan 0,03 persen.
Arrief menjelaskan, kenaikan harga pada komoditas cabai rawit, bawang merah, dan beras secara umum dipicu oleh kenaikan permintaan menjelang Hari Raya Iduladha. Ia juga menyebutkan, pada komoditas beras, terjadi masalah distribusi pada rantai distribusi tengkulak/pedagang tengah.
Baca Juga : Panembahan Lemah Duwur: Raja Maritim Madura yang Menurunkan Raden Trunajaya dan Pangeran Diponegoro
"Serangkan untuk inflasi pada komoditas emas perhiasan pada Juni merupakan sejalan dengan tren kenaikan harga emas dunia," jelasnya.
Sementara itu, sejumlah komoditas yang jadi penahan inflasi alias penyumbang utama deflasi di antaranya bensin dengan andil sebesar 0,02 persen, serta pisang, bawang putih, tarif kereta api dan apel, dengan andil masing-masing 0,01 persen.
Deflasi pada komoditas bensin di bulan Juni merupakan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi. Sedangkan penurunan harga pada komoditas pisang, bawang putih, dan apel terutama disebabkan oleh melimpahnya stok yang ada di pasar sehingga menekan harga jual.
"Adapun deflasi pada kereta api merupakan salah satu stimulus ekonomi yaitu berupa diskon tarif kereta api selama libur sekolah di bulan Juni dan Juli 2025," pungkas Arrief.