JATIMTIMES - Parlemen Iran telah menyetujui penutupan Selat Hormuz sebagai akibat serangan Amerika Serikat (AS) ke Iran. Meskipun sudah disetujui, tetapi belum ada langkah pasti atau kapan penutupan tersebut dilakukan.
Melansir Alarabiya, Senin (23/6/2025), Dewan Keamanan Nasional Iran kini tengah mempertimbangkan apakah akan menutup Selat Hormuz. Selat ini merupakan titik strategis jalur pasokan energi global.
Baca Juga : Juventus Lolos ke 16 Besar Piala Dunia Antarklub Usai Kalahkan Wydad 4-1
Anggota parlemen dan Komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, Esmail Kosari, mengatakan kepada Young Journalist Club bahwa penutupan selat tersebut ada dalam agenda dan akan dilakukan kapan pun diperlukan.
Diketahui, Selat Hormuz merupakan jalur sempit yang menghubungkan Teluk Arab dengan Laut Arab, bisa dibilang merupakan rute maritim paling penting bagi suplai energi global. Sekitar 20% pasokan minyak dan gas alam dunia melewati selat tersebut, yang terletak di antara Iran dan Oman.
Jika benar Iran akan menutup Selat Hormuz, lantas apa dampaknya terhadap dunia?
Dampak Penutupan Selat Hormuz
Penutupan Selat Hormuz ini, meski mungkin sifatnya sementara, akan menimbulkan dampak ekonomi dan politik yang luar biasa besar. Setidaknya ada empat poin yang akan berdampak jika Selat Hormuz yang sudah dikuasai Kerajaan kuni Hormuz pada abad 10-17 itu ditutup.
Pertama, Lonjakan Harga Minyak Dunia
Sejarah mencatat setiap kali terjadi ketegangan di Selat Hormuz, harga minyak mentah di pasar dunia langsung melonjak. Pada 2011, misalnya, ketika Iran mengancam menutup selat, harga minyak mentah melonjak hingga lebih dari 120 dolar AS per barel.
Penutupan total bisa menyebabkan lonjakan harga hingga dua kali lipat atau lebih, tergantung durasi dan dampak pada logistik energi global. Jika Iran benar-benar menutup Selat Hormuz pada 2025, diprediksi harga minyak dunia akan meroket ke harga 160 dolar AS per barel.
Saat ini saja harga minyak mentah dunia tercatat naik tajam sejak meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Pada akhir pekan lalu, harga Brent mencapai 88,90 dolar AS per barel, naik hampir 4 persen, sementara minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) juga melonjak ke 85,60 dolar AS per barel. Kenaikan ini merupakan yang tertinggi dalam enam pekan terakhir. Jika Selat Hormuz ditutup, harga minyak dunia akan melesat naik tak terkendali.
Seperti disampaikan Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda, kenaikan ini sudah mulai terlihat dalam beberapa hari terakhir setelah Israel menyerang Iran. Huda menyebut dampak dari kenaikan harga adalah impor minyak bumi akan jadi lebih mahal, terutama bagi negara net importir seperti Indonesia.
Huda menyampaikan kenaikan ini sudah mulai terlihat dalam beberapa hari terakhir setelah Israel menyerang Iran. Huda menyebut dampak dari kenaikan harga adalah impor minyak bumi akan jadi lebih mahal, terutama bagi negara net importir seperti Indonesia.
Huda menyampaikan harga minyak yang meningkat akan berpengaruh kepada harga produksi bahan bakar minyak dalam negeri. “Ketika tidak ada kenaikan harga, maka subsidi akan semakin meningkat. Dana di APBN akan semakin terkuras. Fiskal Indonesia akan semakin menurun,” sambung Huda.
Kedua, Gangguan Pasokan Energi Global
Negara-negara pengimpor minyak besar seperti Jepang, Korea Selatan, China, dan India akan terkena dampak langsung. Meskipun beberapa negara telah membangun cadangan strategis dan jalur alternatif seperti East-West Pipeline Arab Saudi, kapasitasnya masih jauh dari cukup untuk menampung seluruh volume yang biasa melewati Hormuz.
Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda memperkirakan serangan Amerika Serikat ke Iran akan berdampak serius pada produksi minyak global. Ia menilai gangguan pada produksi Iran, sebagai salah satu produsen minyak utama dunia, bisa memicu kenaikan harga minyak mentah secara signifikan.
“Ketika produksinya dikurangi karena adanya perang, maka harga minyak mentah global akan meningkat,” ujar Huda saat dihubungi Republika di Jakarta, Ahad (22/6/2025).
Ketiga, Krisis Regional dan Ketegangan Global
Baca Juga : Iran Kode Balas Serangan Amerika Serikat, Akankah Terjadi Perang Dunia?
Penutupan Selat Hormuz hampir dipastikan akan memicu konfrontasi militer. Apalagi setelah Pemerintah Iran mempertimbangkan berbagai opsi untuk merespons ancaman "agresi asing", termasuk kemungkinan menutup Selat Hormuz.
Jika Amerika ikut terlibat, konfrontasi di kawasan ini akibat penutupan Selat Hormuz dapat meluas dan mengguncang stabilitas Timur Tengah secara keseluruhan.
Keempat, Dampak pada Ekonomi Indonesia dan Dunia
Indonesia sebagai negara pengimpor minyak juga akan terdampak. Lonjakan harga minyak akan meningkatkan subsidi energi, memicu inflasi, dan memperlemah nilai tukar rupiah. Negara-negara berkembang lainnya pun akan mengalami tekanan ekonomi yang serupa.
Masih menurut Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda, inflasi global akan mengiringi saat harga minyak global. Huda mengatakan inflasi yang tinggi ini bisa memicu resesi ekonomi global yang mana saat ini saja sudah diprediksi akan semakin turun. Dampaknya perdagangan global akan semakin terbatas, permintaan produk dari negara satu ke negara lainnya juga akan berkurang, termasuk Indonesia.
Ketika inflasi tinggi, bank sentral akan mengerek suku bunga agar dapat mengendalikan inflasi. Akibatnya cost of investment akan semakin mahal. Perputaran ekonomi global akan terasa melambat.
“Terlebih bagi industri-industri yang masih bergantung pada bahan baku atau bahan penolong impor,” ucap Huda.
Huda menyampaikan terdapat potensi kenaikan biaya impor yang cukup tinggi akibat harga minyak naik dan risiko pelayaran yang juga meningkat. Sektor distribusi pasti akan terpengaruh cukup dalam dengan penurunan permintaan.
“Kemudian sektor manufaktur yang membutuhkan barang impor seperti teknologi, tampaknya juga akan terganggu. Belum lagi jika pemerintah menaikkan harga BBM dalam negeri, pasti akan menyebabkan industri dalam negeri semakin tertekan,” lanjut Huda.
Di sisi lain, Indonesia juga biasanya diuntungkan juga dengan kenaikan harga komoditas minyak global ini karena ekspor komoditas Indonesia akan semakin mahal.
Namun kompensasi keuntungan ini biasanya tidak seberapa dibandingkan dengan pembengkakan subsidi BBM yang dikeluarkan oleh pemerintah. “Maka pemerintah harus jeli betul melihat peluang dan dampak dari perang Iran-Israel,” kata Huda.
Itulah beberapa kemungkinan dampak besar yang akan terjadi jika Iran benar-benar menutup Selat Hormuz imbas serangan AS.