free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Hiburan, Seni dan Budaya

Mengenal Fan Chichuang, Tradisi Guling-guling di Ranjang Kawat Berduri ala Imlek di China

Penulis : Mutmainah J - Editor : Nurlayla Ratri

29 - Jan - 2025, 07:51

Placeholder
Ilustrasi Imlek 2025. (Foto dari Pixabay)

JATIMTIMES - Perayaan Imlek dihiasi dengan berbagai acara seru yang sudah menjadi tradisi, dari makanan khas, dekorasi dengan pernak-pernik didominasi warna merah membagikan angpau, serta barongsai.

Namun, di China sendiri, ada beberapa tradisi unik yang dilakukan saat perayaan imlek dan masih terus dilaksanakan hingga kini.

Baca Juga : Apakah Kucing Masuk Surga? Begini Penjelasannya dalam Islam

Salah satu tradisi unik tersebut adalah berguling-guling di ranjang berduri atau disebut juga dengan Fan Chichuang. 

Dilansir dari SCMP, Rabu (29/1/2025) ritual ini disebut Fan Chichuang yang artinya 'berguling-guling di ranjang berduri'. Sesuai dengan namanya, peserta ritual akan berguling di ranjang yang dibuat dari kawat berduri.

Ritual menyakitkan ini bisa dilihat di Provinsi Guangdong, China Selatan dan selalu menjadi perayaan populer selama Nianli atau Pesta Tahun Baru Imlek. Fan Cichuang menjadi puncak acara saat para pria menunjukkan keberanian dan kekuatan mereka.

Ritual ini dimulai dengan menyiapkan cabang-cabang kawat berduri, mengikatnya bersama-sama sebagai tempat tidur, dan meletakkannya di 'Meja Delapan Dewa', jenis meja makan persegi tradisional Tiongkok.

Meja-meja ini terinspirasi oleh kisah Delapan Dewa dalam mitologi Tiongkok yang melambangkan keragaman bakat dan kekuatan persatuan.

Peserta yang mengikuti ritual ini biasanya pria muda atau setengah baya. Mereka akan bertelanjang dada dan berguling di permukaan berduri.

Selama ritual, rasa sakit yang mereka tanggung disambut dengan sorak-sorai dari para penonton. Semakin dalam duri menusuk dan semakin banyak darah yang terkuras, semakin keras pula sorak-sorai.

Baca Juga : Warga Berbondong-bondong Lakukan Ciam Si saat Imlek di Klenteng Eng An Kiong

Selain itu, terdapat pula variasi dalam penataan 'Meja Delapan Dewa'. Misalnya, 15 meja dapat ditata dalam baris tiga, enam, tiga dan tiga yang melambangkan sheng lu sheng sheng, yang berarti 'jalan hidup yang makmur'.

Semakin banyak meja yang dilewati peserta, mereka percaya akan banyak pula keberuntungan dalam hidup yang mereka dapat.

Secara historis, Fan Cichuang berfungsi sebagai ritual bertahan hidup yang menunjukkan keberanian dan kekuatan. Cerita rakyat setempat menyatakan bahwa hanya mereka yang dirasuki roh dewa yang memenuhi syarat untuk melakukan ritual tersebut.

Walaupun mengalami luka dan memar, para pria merasa bangga dengan ketangguhan dan kegigihan mereka. Para peserta menganggapnya sebagai bukti kekuatan dan hubungan mendalam mereka dengan para dewa.


Topik

Hiburan, Seni dan Budaya Imlek tradisi



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Mutmainah J

Editor

Nurlayla Ratri