JATIMTIMES - Sejumlah jemaah tampak khidmat menjalani ritual sembahyang jelang Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili yang akan jatuh pada 29 Januari 2025 di Klenteng Eng An Kiong, Kelurahan Kotalama, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang jelang Tahun Baru Imlek 2025 pada Selasa (28/1/2025).
Momen ini dimanfaatkan untuk melakukan Ciam Si atau tradisi ramalan dalam masyarakat Tionghoa.
Ciam si adalah tradisi ramalan kuno Tionghoa yang dilakukan untuk mengetahui nasib dan peruntungan seseorang di masa depan. Terlihat, ritual Ciam Si dimulai dengan doa dan persembahan kepada dewa atau leluhur.
Setelah itu, seseorang akan mengguncang tabung berisi batang bambu kecil yang masing-masing diberi nomor hingga salah satu batang keluar. Nomor pada batang tersebut kemudian dicocokkan dengan kertas ramalan atau petunjuk yang tersedia di klenteng.
Menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, hasil dari Ciam Si dapat memberikan jawaban atau panduan atas berbagai masalah kehidupan, seperti kesehatan, pekerjaan, jodoh, atau keputusan penting lainnya. Ritual ini sering dianggap sebagai bentuk refleksi spiritual yang membantu seseorang merenungi langkah yang akan diambil.
Salah seorang jemaah Reza warga Kota Malang mengatakan, Ciam Si dilakukan saat ingin meminta petunjuk mengenai nasib, peruntungan, maupun penyelesaian dari sebuah masalah yang pelik. Salah satunya yang diharapkan, adalah obat.
“Meminta doa harapan 2025, kan imLek hari bagus. Dari Ciam Si dapat nomor 45 penerangannya, mendoakan saudara yang lagi sakit dan minta obatnya,” ujar Reza usai melakukan ritual Ciam Si.
Baca Juga : Longsor Desa Mulyosari, Jalur Wisata Ranu Gumbolo Tulungagung Lumpuh Total
Ciam Si lanjut Reza juga menjadi tempat mengadu kepada Dewa sekaligus mencari solusi atas permasalahan yang sulit dihadapinya.
Bahkan, Kapolresta Malang Kota Kombes Pol Nanang yang sedang memantau kondisi di Kelenteng, tertarik dengan ritual ini. Nanang juga membantu untuk membacakan nomor yang didapatkan Reza dengan antusias.
Sedang, bagi yang tertarik mengenal lebih jauh, ritual ini sering dilakukan pada momen-momen tertentu, seperti Tahun Baru Imlek atau hari-hari besar Tionghoa lainnya. Dengan melestarikan Ciam Si, masyarakat Tionghoa turut menjaga nilai-nilai budaya dan spiritual yang menjadi bagian dari identitas mereka.