JATIMTIMES– Sepanjang tahun 2024, kasus chikungunya di Kabupaten Blitar menunjukkan lonjakan signifikan dibanding tahun sebelumnya. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, tercatat 345 warga terjangkit penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya tersebut.
Angka ini meningkat drastis dibandingkan dengan 2023 yang hanya mencatat 40 kasus.
Baca Juga : Pemkot Blitar Mantapkan Langkah Menuju Swasembada Pangan
Anggit Ditya Putranto, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, menyebutkan bahwa peningkatan kasus ini menjadi perhatian serius pihaknya.
Ia menjelaskan, chikungunya disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Gejala yang dialami penderita, menurutnya, meliputi nyeri sendi hebat, demam tinggi, hingga sakit kepala.
“Kami mencatat lonjakan terbesar terjadi di bulan Desember 2024, dengan 79 kasus dalam satu bulan. Mayoritas penderita adalah orang dewasa,” ujarnya, Selasa (14/1/2025).
Anggit menambahkan, meskipun jumlah kasus meningkat tajam, tidak ada laporan kematian akibat chikungunya di Kabupaten Blitar pada 2024. Semua pasien, katanya, telah mendapatkan penanganan di fasilitas kesehatan setempat, mulai dari puskesmas hingga rumah sakit.
Dinkes Kabupaten Blitar mengaitkan peningkatan ini dengan pola siklus tahunan yang mirip dengan kasus demam berdarah dengue (DBD).
Anggit menekankan pentingnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) sebagai langkah pencegahan utama. Ia menjelaskan bahwa PSN, yang mencakup kegiatan seperti menguras, menutup, dan mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk, harus menjadi kebiasaan masyarakat.
“Jika masyarakat disiplin melakukan PSN, risiko penularan dapat ditekan secara signifikan. Kita harus memutus siklus perkembangbiakan nyamuk, terutama saat musim hujan,” tegas Anggit.
Ia juga mengingatkan bahwa nyamuk Aedes aegypti tidak hanya berkembang biak di genangan air besar, tetapi juga di tempat-tempat kecil seperti wadah pot bunga, dispenser, atau penampungan air hujan.
Baca Juga : DPRD Kota Blitar Desak Penertiban Minimarket Berjejaring Tanpa Izin Lengkap
Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar telah menggelar berbagai kampanye penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Selain itu, fogging atau pengasapan dilakukan di wilayah yang memiliki potensi kasus tinggi. Namun, Anggit menekankan bahwa fogging bukanlah solusi utama, melainkan langkah sementara untuk membunuh nyamuk dewasa.
“Pemberantasan sarang nyamuk jauh lebih efektif daripada sekadar fogging. Peran aktif masyarakat sangat diperlukan untuk mengendalikan penyakit ini,” imbuhnya.
Dengan lonjakan kasus yang terjadi di 2024, Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar menargetkan pengendalian lebih ketat di tahun mendatang. Edukasi dan sosialisasi terkait pentingnya PSN akan ditingkatkan, terutama di wilayah rawan. Selain itu, monitoring terhadap tempat-tempat umum seperti sekolah dan pasar juga menjadi prioritas.
“Harapannya, dengan kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan tenaga kesehatan, kasus chikungunya dapat ditekan secara signifikan di tahun 2025,” kata Anggit.
Meningkatnya kasus chikungunya menjadi pengingat bahwa kesehatan lingkungan adalah tanggung jawab bersama. Kebersihan lingkungan yang konsisten tidak hanya melindungi individu, tetapi juga komunitas secara keseluruhan.