JATIMTIMES - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Malang meminta agar program yang berkaitan dengan pemberdayaan perempuan rentan di Kota Malang dapat dilakukan secara berkelanjutan. Baik dalam bentuk pelatihan atau pemberdayaan lainnya.
Ketua DPRD Kota Malang Amithya Ratnanggani Siraduhita mengatakan, sebenarnya ada banyak program pemberdayaan masyarakat di Kota Malang yang melekat di banyak perangkat daerah.
Baca Juga : Kampung Cempluk Malang Ambil Bagian, Kementerian PPPA RI Luncurkan Rumah Bersama Indonesia di Momen Hari Ibu
"Saya berharap pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah kota, di perangkat daerah manapun itu saya kepingin itu berkelanjutan atau sustainable," jelas wanita yang akrab disapa Mia ini.
Mia mengatakan, hal tersebut sebenarnya pernah ia praktikkan saat masih menjabat sebagai Ketua Komisi D DPRD Kota Malang periode 2019-2024 lalu. Saat itu, salah satu yang ia kawal adalah program pelatihan di Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar).
"Contoh kayak kemarin ketika saya jadi Ketua Komisi D, ketika Disporapar punya pelatihan untuk pemuda. Itu saya minta satu rangkaian siris harus selesai," jelas Mia.
Dirinya mencontohkan seperti pelatihan barista. Menurutnya, pelatihan seperti itu harus dapat dilakukan secara berkelanjutan. Terlebih dia menilai bahwa Pemerintah Kota (Pemkot) Malang berkewajiban untuk terus melakukan pendampingan.
"Mereka harus bisa sampai mandiri, bisa kemudian gak hanya nunggu digaet sama acaranya Pemkot, tapi mereka bisa survive di luar. Jadi pelatihan itu sampai dapet sekian sertifikat. Ibu-ibu pun ini juga sama," tuturnya.
Baca Juga : Pengelolaan Tanah Negara yang Transparan, UIN Malang Sinergi dengan KPKNLĀ
Selain berkelanjutan, dirinya berharap agar pelatihan seperti itu bisa dilakukan secara komprehensif. Artinya, pelatihan yang diberikan bisa berkelanjutan diikuti dengan pendampingan terkait kebutuhan-kebutuhan lain dalam pengembangan sebuah bisnis atau usaha.
"Distribusinya gimana, memanajemennya gimana, packagingnya gimana, pemasarannya gimana, itu mereka gak dikasih tahu. Jadi sehingga mereka masih otodidak tradisional," terangnya.