JATIMTIMES - Perhatian terhadap keberlangsungan pertanian khususnya apel sebagai ikon kota dinilai sejumlah pengusaha masih minim. Selain tak lagi jadi favorit, hal tersebut juga membuat petani apel semakin terhimpit. Pengusaha dan petani muda di Kota Batu Alfredo Dhilan menilai, banyak kebijakan yang sudah usang dan harus diperbarui karena sudah tidak relevan lagi.
Alfredo menyampaikan, bicara soal apel, sampai saat ini di Batu hanya ada empat varietas, yakni apel manalagi, anna, room beauty dan green smith atau apel hijau Australia. Secara historis varietas apel itu dibawa oleh Belanda karena menjadi buah favorit orang Belanda. Lalu direkayasa di Indonesia sehingga bisa tumbuh di negara dua musim.
Baca Juga : Susun RKAT 2025, Baznas Jatim Gelar Bimtek di Tulungagung
Menurut Alfredo, apel tidak banyak berkembang. Berbeda dengan buah yang lain-lain seperti jeruk, alpukat, dan lain-lain. Semua jenis buah-buahan itu varietasnya berkembang.
"Jadi kalau saya pikir, di sini itu ada balai jestraw milik Kementerian Pertanian di daerah Oro-Oro Ombo, tapi tidak ada yang fokus pembibitan buah apel. Seharusnya kalau ada penetrasi dari pemerintah karena di sini kan ada anggota dewan, pemkot, DPR RI juga ada, seharusnya bisa didorong untuk pengembangan buah apel," ujarnya saat dikonfirmasi, belum lama ini.
Pria yang disapa Edo itu menyayangkan. Bagi dia, seharusnya pemerintah membuat demplot, semacam metode penyuluhan pertanian yang dilakukan dengan membuat lahan percontohan untuk memperkenalkan dan memperagakan teknik-teknik pertanian, balai penelitian dan pembibitan buah apel.
"Saat ini, hal itu yang dibutuhkan oleh petani. Misalkan varietas apel manalagi tidak bisa bertahan, cobalah datangkan 20 atau 30 bibit dari beragam varietas dari luar negeri, diuji cobakan, mana yang bisa bertahan dengan iklim Batu seperti ini. Tinggal mau atau tidak," tuturnya.
Edo sendiri telah membuktikan, apel Australia atau hijau yang dulu tidak laku karena pasar menginginkan buah yang lebih manis seperti manalagi dan sebagainya. Sehingga dulu banyak ditebang diganti vairetas lain. Tapi sekarang, apel hijau harganya tinggi karena banyak orang tahu jika apel hijau kaya vitamin. Belum lagi terkait obat, pestisida dan kebutuhan lainnya.
"Obat-obatnya sudah diatur oleh industri obat-obatan pertanian. Belum lagi mereka (petani) saat jual tidak ada kepastian harga. Pertanian di Indonesia sangat berat untuk saat ini. Sekarang, saya coba 10 bibit apel hijau coba saya kembangkan karena kalau dulu, apel hijau lebih bertahan terhadap penyakit dibanding manalagi," kata Alumnus Teknik Pengairan Universitas Brawijaya itu.
Ia mengatakan, seharusnya yang dilakukan pemerintah memperhatikan dari hulu hingga hilir hasil pertanian. Mulai dari pembaharuan regulasi, infrastruktur, proses tanam, panen, pengolahan dan produksi, dan penjualan.
"Seharusnya semuanya diperbaiki," ucap pencipta minuman apel celup itu.
Baca Juga : Rapat Paripurna Tetapkan dan Lantik Marsono Jadi Ketua DPRD Tulungagung
Edo menyinggung sejumlah program yang telah disampaikan para calon wali kota. Ia cukup mengapresiasi upaya para kandidat dalam memberikan treatment agar apel di Kota Batu kembali berjaya. Meski baginya belum keseluruhan memberikan perhatian serius.
Menurutnya, sejauh ini baru pasangan calon nomor urut 2 Firhando Gumelar dan Rudi yang memiliki perhatian dan pemikiran bagaimana mengembangkan varietas apel di Kota Batu. Ia mengapresiasi pasangan calon kepala daerah (Cakada) dengan sebutan GURU itu yang memiliki program pembuatan pusat riset dan inovasi untuk bidang pertanian yang selama ini dibutuhkan oleh petani di Kota Batu.
"Mas Gum (sapaan akrab Firhando Gumelar) yang datang ke sini. Dia masih muda tapi memiliki perhatian lebih terhadap keberlangsungan dan pengembangan pertanian apel di Kota Batu. Saya rasa, dengan pemikiran yang terbuka, industri apel di Kota Batu akan maju dan besar," tuturnya.