JATIMTIMES - Kabupaten Tulungagung kaya dengan seni budaya yang hingga kini masih terjaga dan diminati oleh masyarakat. Beragam kesenian daerah ini pun sering dipertontonkan pada kegiatan budaya maupun peringatan hari-hari besar lokal maupun nasional. Berikut adalah beberapa seni budaya yang menjadi ciri khas Tulungagung, cocok jadi ide meriahkan momentum HUT RI ke-79.
Seni Tayub
Baca Juga : 5 Pilihan Makanan yang Cocok Dikonsumsi Setelah Berolahraga
Tayub, atau yang juga dikenal sebagai Lelangen Beksa, adalah seni tari yang mengandung nilai-nilai ajaran masyarakat Jawa. Tayub sering dipentaskan dalam acara-acara resmi atau hajatan.
Namun, sayangnya, seni ini sering kali dikaitkan dengan minuman keras, sehingga bagi sebagian masyarakat, tayub dianggap sebagai seni "wong abangan" atau seni yang tidak sesuai dengan norma tradisional.
Tiban
Tiban adalah tarian sakral yang bertujuan untuk menurunkan hujan. Dalam tradisi masyarakat Tulungagung, tetesan darah dalam ritual Tiban melambangkan perjuangan keras untuk mendapatkan air, terutama hujan yang sangat dibutuhkan oleh para petani. Ritual ini biasanya dilakukan pada musim kemarau, sebagai bentuk permohonan akan turunnya hujan.
Jaranan Sentherewe
Seni jaranan ini merupakan kombinasi antara jaranan tradisional Jawa dengan gerakan yang penuh energi dan dinamis. Jaranan Sentherewe menghadirkan suasana yang agresif dan penuh semangat, sehingga menjadi salah satu seni yang cukup menarik perhatian masyarakat.
Reog Tulungagung
Reog Tulungagung pernah mencapai popularitas yang tinggi di masa lalu. Seni tradisional ini melibatkan enam penari yang tampil bersamaan dengan instrumen pengiring reog, seperti "dhodhog."
Para penari mengenakan "udheng gilig," yaitu kostum khusus sebagai pengikat kepala. Meskipun saat ini popularitas Reog Tulungagung menurun, seni ini tetap menjadi bagian penting dari warisan budaya Tulungagung.
Ketoprak
Ketoprak merupakan drama tradisional yang tumbuh dan berkembang pesat di Tulungagung. Salah satu grup ketoprak yang masih dikenal adalah Ketoprak Siswo Budoyo. Namun, dalam era modern ini, ketoprak mulai jarang ditampilkan karena selain sepi peminat, biaya untuk menggelar pertunjukan juga relatif mahal.
Wayang Kulit
Seperti halnya di daerah lain di Pulau Jawa, Wayang Kulit tetap menjadi hiburan menarik bagi masyarakat Tulungagung. Beberapa dalang terkenal berasal dari daerah ini, dan hingga kini, pertunjukan wayang kulit masih diminati oleh banyak penonton yang rela bertahan hingga pagi hari.
Wayang Jemblung
Baca Juga : Residivis Kembali Berulah, Pinjam Motor Teman tapi Dijual
Wayang Jemblung masih sering dipentaskan di Tulungagung. Wayang ini mengisahkan perjuangan Walisanga dalam menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Instrumen yang digunakan terdiri dari delapan Rebana dan satu kendang, dengan wayang yang terbuat dari kulit dan motif campuran Wayang Purwa dan Wayang Krucil.
Kentrung
Kentrung adalah seni bercerita khas Tulungagung. Kentrung biasanya dimainkan oleh dua orang, terdiri dari dalang yang juga berperan sebagai pemain kendang dan seorang pengrawit yang memainkan Ketipung dan Terbang. Namun, setelah meninggalnya Mbah Gimah, sang legenda Kentrung dari Dusun Patik, Desa Batangsaren, seni ini seolah kehilangan penerus yang eksis.
Campursari
Campursari berkembang pesat di Tulungagung dan menjadi warna baru dalam musik kontemporer. Campursari sering dikombinasikan dengan berbagai unsur seni lainnya untuk menciptakan hiburan yang lebih menarik dan dinantikan oleh para penikmatnya.
Kesembilan seni budaya ini menjadi bukti bahwa Tulungagung memiliki kekayaan budaya yang patut dijaga dan dilestarikan. Meskipun beberapa di antaranya mulai terancam punah, upaya untuk tetap mempertahankan seni-seni ini terus dilakukan oleh masyarakat setempat.