JATIMTIMES - Budayawan Kota Malang Isa Wahyudi atau kerap disebut Ki Demang mengkritisi karnaval yang saat ini banyak digelar masyarakat untuk memeriahkan HUT Kemerdekaan RI. Ia menyebut saat ini karnaval justru menjadi bahan pamer lekuk tubuh wanita.
Sebagai informasi, karnaval menjadi salah satu pilihan masyarakat untuk memeriahkan Hari Kemerdekaan Indonesia. Namun akhir-akhir ini, di media sosial justru banyak muncul atraksi karnaval yang menunjukkan wanita berjoget dengan busana yang minim.
Baca Juga : Vandalisme Tolak Arema FC Muncul di Stadion Soepriadi Blitar Jelang Pertandingan Perdana Liga 1
Ki Demang yang juga sebagai Ketua Forum Komunikasi Kelompok Sadar Wisata (Forkom Pokdarwis) Kota Malang mengatakan bahwa ia melihat banyak media sosial yang memposting wanita dengan pakaian kebaya namun minim bahan. Bahkan tak jarang dalam video tersebut, ada sejumlah wanita yang hingga terlihat pahanya.
“Saya ini sedang geger perkara soal kebaya sobek ini ya, yang sampai pahanya terlihat,” kata Ki Demang.
Ki Demang mencontohkan bahwa menggunakan kebaya itu seperti salah satu penyanyi atau sinden asal Jawa Timur, Silvi Kumalasari. Menurutnya, meski menggunakan kebaya namun tetap terlihat anggun dan cantik. Dan penggunaan kebaya sudah seharusnya lengkap seperti memakai sanggul.
“Contoh itu Silvi Kumalasari, penyanyi yang kekinian itu ya. Memakai kebayanya juga bagus, ada sanggulnya juga,” lanjut Ki Demang.
Ki Demang menegaskan, seharusnya masyarakat tidak memindahkan diskotik ke jalanan. Apalagi, berjoget-joget dengan pakaian minim di sepanjang jalan dengan dilihat banyak anak-anak.
“Janganlah memindahkan diskotik ke jalanan, apalagi sampai disawer ya. Ya bisa dilihat sendiri, joget-joget disawer gitu. Gimana mau mendidik bangsa kalau seperti ini,” tegas Ki Demang.
Baca Juga : Kisah Pangeran Blitar: Perebutan Tahta, Perang Suksesi Jawa dan Warisan Perjuangan
Menurut Ki Demang, karnaval seharusnya diisi dengan tema perjuangan pejuang Tanah Air hingga tarian tradisional. Bahkan, hal itu justru bisa menumbuhkan jiwa patriot masyarakat.
“Mestinya temanya harus menarik, seperti tema-tema perjuangan. Contohnya drama kolosal Pangeran Diponegoro atau apalah ya. Atau jenis tarian seperti Topeng Malangan,” ucap Ki Demang.
Dengan adanya video yang banyak di media sosial itu, Ki Demang mengaku hal itu sangat jauh dari kemerdekaan. Karenanya, hal itu ia mengharap masyarakat tidak lagi membuat kegiatan seperti itu.
“Tolong ya hal-hal seperti ini harus diluruskan, dilaranglah jika diperlukan,” tegas Ki Demang.