free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Serba Serbi

Pasarean Pangeranan: Warisan Sejarah dan Tempat Peristirahatan para Bupati Blitar

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Dede Nana

31 - Jul - 2024, 15:30

Placeholder
Suasana ziarah Bupati Blitar Rini Syarifah di Pasarean Pangeranan, menghormati leluhur menjelang Hari Jadi Blitar ke-700.(Foto: Pemkab Blitar for JatimTIMES)

 JATIMTIMES - Dalam rangka menyambut Hari Jadi Blitar ke-700, Bupati Rini Syarifah bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) melaksanakan ziarah ke makam-makam leluhur pada Rabu, 31 Juli 2024. 

Salah satu tujuan ziarah adalah Pasarean Pangeranan, sebuah situs sejarah yang kaya akan cerita masa lalu Blitar.

Baca Juga : Bupati Malang Persembahkan 2 Lagu Dangdut, Bentuk Apresiasi Bagi Kader di PKK Awards Kabupaten Malang 2024

Bupati Rini Syarifah menyampaikan bahwa kegiatan ziarah ini merupakan salah satu bentuk penghormatan terhadap para leluhur yang telah memberikan kontribusi besar bagi perkembangan Kabupaten Blitar.

Dalam kesempatan tersebut, ia menekankan pentingnya menjaga warisan sejarah dan budaya yang telah diwariskan oleh para pendahulu.

 "Ziarah ini adalah bentuk penghormatan kita kepada para leluhur yang telah berjasa bagi Blitar. Melalui kegiatan ini, kita berharap dapat terus menjaga dan melestarikan nilai-nilai sejarah serta budaya yang ada,” ujar Bupati Rini.

Sejarah Kabupaten Blitar dan Pasarean Pangeranan

Pasarean Pangeranan menjadi saksi bisu sejarah panjang Blitar, yang dimulai dari akhir Perang Jawa yang dipimpin Pangeran Diponegoro pada tahun 1830. 

Peristiwa bersejarah ini berujung pada pembentukan Kabupaten Blitar oleh pemerintah Hindia Belanda pada 31 Desember 1830, yang merupakan hasil penggabungan Kabupaten Hantang dan Kabupaten Srengat. 

Era baru pun dimulai, dengan Blitar menjadi bagian penting dari Hindia Belanda hingga awal kemerdekaan Indonesia.

Pasarean Pangeranan terletak di Lingkungan Gebang, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, tepat di sebelah timur Istana Gebang, rumah keluarga Presiden Soekarno. 

Makam ini menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi bupati-bupati Blitar yang telah berjasa, seperti KPH Warsokoesoemo (Bupati Blitar ke-2, 1866-1896), KPH Sosrohadinegoro (Bupati Blitar ke-3, 1896-1917, dijuluki Kanjeng Jimat), KPH Warsohadiningrat (Bupati Blitar ke-4, 1918-1942), Sarjono (Bupati Blitar ke-19), dan Siswanto Adi (Bupati Blitar ke-20).

Selain itu, Pasarean Pangeranan juga menjadi tempat pemakaman beberapa tokoh penting lainnya, seperti Bupati Malang ke-4 R.A.A Soerioadiningrat, R.M.H.T Brotodiningrat (Bupati Madiun 1954-1956), serta Raden Kartowibowo, penulis buku Aryo Blitar dan Bakda Mawi Rampog. 

"R.A.A Soeriodiningrat ini adalah menantu dari KPH Warsokoesoemo.Dari pernikahan ini, R.A.A Soeriodiningrat dan RAy Soeryodiningrat memiliki putri bernama RAy Harsojo yang kemudian dipundut garwo Bupati Madiun R.M.H.T Brotodiningrat,” jelas juru kunci Pasarean Pangeranan, Harmono

Aura mistis menyelimuti Pasarean Pangeranan, membuatnya menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi. Peziarah yang datang dapat merasakan kedekatan sejarah Kabupaten Blitar dengan Mataram Islam, khususnya Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kadipaten Mangkunegaran. 

Istri kedua KPH Warsokoesoemo, KRA Nataningroem, adalah putri dari Mangkunegaran, yang mempererat hubungan Blitar dengan Solo.

"Eyang Warsokoesoemo memiliki dua istri. Dari istri pertama lahir KPH Sosrohadinegoro, Bupati Blitar ke III. Lalu dari istri kedua yang dari Mangkunegaran, lahir KPH Warsohadingrat, Bupati Blitar ke IV," terang Harmono. 

Hubungan ini memperlihatkan bagaimana Blitar tidak hanya sekedar bagian dari Hindia Belanda, tetapi juga memiliki koneksi kuat dengan kerajaan-kerajaan Jawa lainnya.

Salah satu cerita paling menarik dari Pasarean Pangeranan adalah mengenai KPH Sosrohadinegoro, Bupati ketiga Blitar yang dikenal sebagai Kanjeng Jimat. 

Sosok ini terkenal karena memiliki kesaktian luar biasa, salah satunya adalah pusaka bernama Pecut Samandiman. Pecut ini diyakini berasal dari Ponorogo, Jawa Timur, dan awalnya dimiliki oleh Raja Klono Sewandono. 

Baca Juga : Bupati Blitar dan Forkopimda Ziarah Leluhur Jelang Hari Jadi Blitar ke-700

Cambuk ini dikatakan memiliki kekuatan untuk mengalahkan lawannya, Raja Singo Barong, serta memiliki kekuatan gaib.

Dalam sejarah Blitar, Pecut Samandiman digunakan oleh Kanjeng Jimat untuk menyelamatkan kota dari lahar Gunung Kelud. 

"Kalau menurut cerita dari putro wayah Eyang Warsokoesoemo, yang punya Pecut Samandiman ini Kanjeng Jimat Bupati KPH Sosrohadinegoro," kata Harmono. 

Lahar yang mengalir menuju pendapa Kabupaten Blitar dibelokkan dengan lecutan Pecut Samandiman, yang suaranya menggelegar hingga ke angkasa, membelah aliran lahar menjadi dua arah menuju Udanawu dan Ponggok.

Namun, keberadaan fisik Pecut Samandiman kini menjadi misteri. Hingga saat ini, pusaka tersebut tidak pernah lagi ditemukan. 

Mantan Bupati Blitar, Herry Nugroho, menegaskan bahwa selama masa jabatannya, ia tidak pernah melihat Pecut Samandiman di ruang pusaka Pendapa Agung Ronggo Hadi Negoro.

"Putro wayah dari Bupati Warsokoesomo pernah menanyakan ke saya terkait dengan keberadaan pecut ini, mau diminta katanya dan mau dirawat oleh keluarga. Nah, saya bilang, Pecut Samandiman ini tidak ada di pendopo, sejak saya awal menjabat hingga pensiun tidak pernah saya melihat bentuk pecut ini, di ruang pusaka pendopo saya pastikan tidak ada," ujarnya.

Pasarean Pangeranan bukan hanya tempat ziarah, tetapi juga merupakan situs sejarah yang harus dijaga dan dilestarikan.

Kunjungan Bupati Rini Syarifah dan Forkopimda ke Pasarean Pangeranan merupakan bentuk penghormatan dan upaya untuk terus mengenang jasa para leluhur yang telah membangun Blitar. 

"Ini adalah warisan sejarah yang berharga, dan kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaganya," tegas Bupati Rini Syarifah.

Dengan mempertahankan situs seperti Pasarean Pangeranan, generasi muda Blitar dapat terus belajar dan menghargai sejarah serta budaya yang menjadi bagian dari identitas mereka. 

Pasarean ini bukan hanya tempat peristirahatan terakhir para pemimpin, tetapi juga simbol kekuatan, kebesaran, dan kesatuan Kabupaten Blitar yang terus hidup hingga kini.

 


Topik

Serba Serbi hari jadi kabupaten blitar bupati blitar pasarean pangeranan



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

Dede Nana