JATIMTIMES - Kabupaten Blitar tengah menghadapi situasi mengkhawatirkan terkait penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun ajaran 2024/2025. Sebanyak 35 sekolah menengah pertama (SMP) swasta di wilayah ini diindikasikan tidak mendapatkan siswa baru.
Hal ini diungkapkan oleh Mariadi, kepala Bidang Pembinaan SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar. Dia menyatakan bahwa indikasi ini muncul setelah pihaknya memastikan bahwa 35 SMP swasta tersebut tidak mendaftarkan atau menginput data siswa baru dalam aplikasi PPDB SMP tahun ajaran 2024/2025.
Baca Juga : Dua Korban Longsor Kesamben Blitar Ditemukan Meninggal Dunia
Mariadi menjelaskan, Kabupaten Blitar memiliki total 59 SMP swasta yang membuka penerimaan siswa baru tahun ini. Dari total kuota yang tersedia, yaitu 3.169 tempat, hanya satu SMP swasta yang berhasil memenuhi kuotanya. "Dari 59 sekolah, hanya satu sekolah yang kuotanya terpenuhi. Sedangkan 35 sekolah tidak mendapatkan siswa sama sekali," kata Mariadi, Senin (1/7/2024).
Masalah kekurangan siswa ini tidak hanya berdampak pada 35 SMP swasta yang tidak mendapatkan siswa baru, tetapi juga pada sekolah-sekolah lainnya yang juga mengalami kesulitan dalam menarik siswa. Dari 59 SMP swasta yang terdaftar, hanya satu yang mampu mencapai kuota penuh. Sedangkan yang lain harus berjuang dengan jumlah pendaftar yang tidak memenuhi harapan.
Salah satu sekolah yang terindikasi tidak mendapatkan siswa baru adalah SMP PGRI Garum. Mariadi mengungkapkan bahwa SMP ini bahkan tidak mendapatkan kunjungan pendaftar sama sekali. “SMP PGRI Garum adalah salah satu sekolah yang tidak dikunjungi pendaftar. Ini sangat memprihatinkan,” ujarnya.
Kondisi ini memunculkan banyak pertanyaan tentang apa yang menjadi penyebab utama dari minimnya minat siswa untuk mendaftar ke SMP swasta di Kabupaten Blitar. Beberapa pihak menyarankan bahwa mungkin ada faktor-faktor seperti kualitas pendidikan yang dirasa tidak memadai atau biaya pendidikan yang tinggi di sekolah swasta dibandingkan sekolah negeri.
Pengamat pendidikan dan akademisi Unisba Blitar Minto Santoso berpendapat bahwa fenomena ini bisa jadi disebabkan oleh meningkatnya preferensi masyarakat terhadap sekolah negeri yang dianggap lebih berkualitas dan lebih terjangkau. "Masyarakat mungkin lebih memilih sekolah negeri karena kualitasnya yang lebih diakui dan biayanya yang lebih terjangkau dibandingkan sekolah swasta," kata Minto.
Selain itu, faktor demografis bisa menjadi salah satu penyebab. Penurunan jumlah anak usia sekolah di beberapa daerah mungkin berkontribusi pada rendahnya pendaftaran di sekolah-sekolah swasta. "Ada kemungkinan penurunan jumlah penduduk usia sekolah di beberapa wilayah yang mempengaruhi jumlah siswa yang mendaftar ke sekolah-sekolah swasta," tambah Minto.
Baca Juga : Arkeolog: Makam Tiga Putri Mataram di Blitar Warisan Mataram Islam, Bukan Makam Habib Yaman
Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar kini tengah mencari solusi untuk mengatasi masalah ini. Mariadi menyebutkan bahwa pihaknya akan segera melakukan evaluasi dan mencari cara untuk meningkatkan daya tarik sekolah swasta. "Kami akan melakukan evaluasi dan berusaha menemukan cara untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap sekolah swasta," ujar Mariadi.
Upaya tersebut akan melibatkan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah swasta dan mungkin juga dukungan dari pemerintah untuk membantu meringankan biaya pendidikan. "Kami juga berharap ada dukungan dari pemerintah untuk membantu meringankan beban biaya pendidikan di sekolah swasta," tutup Mariadi.
Situasi ini menjadi panggilan bagi semua pihak yang terkait untuk bersama-sama mencari solusi demi keberlangsungan pendidikan yang berkualitas di Kabupaten Blitar, baik di sekolah negeri maupun swasta.