JATIMTIMES - Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (IJABI) melaksanakan Muktamar keenam sejak berdirinya pada tahun 2000. Puncak acara dihelat selama dua hari pada (27-28/6/2024) di Surabaya Suites Hotel.
Syamsuddin Baharuddin Ketua Umun IJABI menyampaikan semangat dari muktamar kali ini adalah menuju Islam madani, jalan moderasi beragama, ikhtiar membangun keberadaban, memuliakan kemanusiaan, mengokohkan kesatuan dan persatuan bangsa.
"Dasar pemikiran fenomena intoleransi dan radikalisme dalam kehidupan masyarakat merupakan masalah serius yang dapat mengancam kohesi sosial, perdamaian, dan stabilitas," ungkap Ketua IJABI Syamsuddin.
Syamsuddin memaparkan dalam pidatonya sikap tidak menghargai dan tidak menerima perbedaan dalam penafsiran dan keyakinan, budaya, atau pandangan politik melahirkan dapat sikap intoleran.
"Tindakan intoleransi sering kali diwujudkan dalam bentuk diskriminasi, penolakan, dan tindakan kekerasan terhadap individu atau kelompok yang berbeda," katanya.
Diungkapkan Syamsuddin, gerakan yang menginginkan perubahan sosial atau politik secara drastis, yang seringkali dengan cara-cara ekstrem dan kekerasan, adalah sikap intoleran yang mewujud dalam radikalisme, tak terkecuali dalam keberagamaan.
"Radikalisme beragama seringkali didorong oleh interpretasi sempit dan ekstrem dari ajaran agama," tandasnya.
Syamsuddin menyatakan, beragam faktor disinyalir menjadi faktor pemicu sikap intoleran dan radikalisme dalam beragama.
"Seperti pendidikan yang kurang memadai, kesenjangan sosial dan ekonomi, indoktrinasi ideologis, propaganda di media sosial, dan kepemimpinan yang intoleran, menjadi faktor pemicu intoleransi dan radikalisme," jelasnya.
Syamsuddin mengatakan, untuk melawan intoleransi dan radikalisme, Allahyarham Dr. K.H. Jalaluddin Rakhmat Cendekiawan Bangsa yang mendirikan IJABI mengajukan konsep Islam Madani, sebuah pendekatan dalam keberagamaan yang memberikan inspirasi kepada rakyat untuk membela negaranya seperti membela agamanya.
Baca Juga : Kalender Bulan Juli Dilengkapi Tanggal Hijriah, Jadwal Puasa dan Pasaran Jawa
"Agama dalam perspektif Islam Madani hadir untuk mempersatukan rakyat dalam perasaan kebersamaan sosial, tidak mempersoalkan keyakinan masing-masing tentang jalan ke surga. Tetapi mengajarkan bagaimana hidup bersama dengan sesama warga bangsa, apapun agama dan keyakinannya," urainya.
Syamsuddin mengutarakan, Sayyidina Ali bin Abi Thalib mengingatkan tentang persaduaraan. Bahwa dia yang bukan saudramu dalam iman, adalah saudaramu dalam kemanusiaan.
"Sehingga tidak dibenarkan melakukan tindakan-tindakan diskriminatif kepada siapa pun, oleh siapa pun dan atas dasar apa pun," jelasnya.
Syamsuddin mengatakan lagi, Islam Madani mengajarkan umatnya untuk meyakini bahwa berjuang untuk kemajuan bangsa adalah manifestasi keimanan pada agamanya.
"Ketika ia berjuang untuk agamanya, ia sekaligus juga berjuang untuk memberikan kontribusi bagi kesejahteraan bangsanya," imbuhnya.