JATIMTIMES - Sebanyak 11 lokasi atau titik irigasi di Kota Malang dilakukan revitalisasi. Revitalisasi tersebut juga untuk menindaklanjuti keluhan dari sejumlah petani terkait saluran irigasi yang tidak beroperasi optimal.
Revitalisasi ini dilakukan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Malang. Hal itu lantaran saluran irigasi yang direvitalisasi merupakan irigasi tersier. "Dalam rangka untuk memperlancar air irigasi sampai ke sawah. Keluhan dari poktan (kelompok tani) coba kita survei," ujar Kepala Dispangtan Kota Malang Slamet Husnan.
Baca Juga : Benarkah di Bulan Suro Dilarang Menggelar Pesta Pernikahan?
Slamet mengatakan, 11 lokasi irigasi tersebut tersebar di 3 kecamatan. Yakni kecamatan Kedungkandang, Sukun dan Lowokwaru. "Kalo tersier kewenangan di Dispangtan kalo primer dan sekunder di PU," imbuh Slamet.
Revitalisasi irigasi tersier itu memang dilakukan karena salurannya kurang berfungsi optimal. Biasanya, hal ini diakibatkan pasangan yang berdiri diantara irigasi roboh karena termakan usia.
"Mungkin sudah lama pasangan ini sudah roboh sehingga menutup aliran. Termasuk sedimentasi mungkin ada rumput atau tanaman liar," kata Slamet.
Sementara itu, para petani berharap besar agar Pj Wali Kota Malang bisa memperhatikan keluhan terkait saluran irigasi tersebut. Sebab menurut Ketua Kelompok Tani (Poktan) Sri Lestari, Sutarji, keluhan itu sudah pernah disampaikan namun tak kunjung ada keputusan.
"Kelihatannya dari bapak wali kota itu mudah mudahan ada (tindakan pasti) kami berharap itu. Pernah disampaikan ke kelurahan terus masuk ke musrenbang. Gak ada keputusan," ujar Sutarji.
Baca Juga : Pansel Direksi Perumda Tugu Tirta Pastikan Seleksi Berlangsung Profesional
Dirinya bersama petani lain mengaku cukup dirugikan atas kondisi irigasi yang kurang optimal. Terlebih saat musim kemarau. "Kalau di musim hujan air meluber saat di musim kemarau kami membutuhkan. Meluber sampai membanjiri lahan," jelas Sutarji.
Bahkan menurutnya hal itu dikhawatirkan dapat berdampak pada turunnya kapasitas produksi. Bahkan juga dikhawatirkan berdampak pada kelanjutan lahan pertaniannya. "Saya kira ada tapi tidak parah. Iya, sudah pernah kejadian. Bahkan generasi anak saya itu sudah bilang mengeluhkan. Akhirnya gak mau bertani," tuturnya.