JATIMTIMES - Ketua Lembaga Pendidikan (LP) Ma'arif Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Sidoarjo Misbahudi dinonaktifkan dari jabatannya. Namun sayangnya, penonaktifannya sebagai Ketua LP Maarif Sidoarjo tidak dilakukan dengan proses dan latar belakang yang sesuai, terutama jika dilihat dari sudut pandang keorganisasian.
Kepada JatimTIMES, ia mengaku bahwa penonaktifannya sebagai Ketua LP Maarif Sidoarjo disinyalir berawal dari kegiatan Halalbihalal yang digelar pada 27 April 2024 lalu. Dimana saat itu, ia mengundang Pengasuh Ponpes Sabilurrosyad yang juga mantan Ketua PWNU Jawa Timur, KH. Marzuqi Mustamar.
Baca Juga : Panwascam Terpilih di Kota Malang Dilaporkan Pernah Lakukan Sederet Pelanggaran
"Salah satu faktor karena ngundang Kiai Marzuqi. Sebelum saya undang, saya ijin ke Ketua PCNU (Sidoarjo) dan dapat ijin karena untuk pengajian," ujarnya, Kamis (23/5/2024).
Setelah halalbihalal usai, keesokan harinya ia dihubungi oleh Sekretaris PCNU Sidoarjo. Dimana dalam komunikasi tersebut ia mendapat cerita bahwa Sekjen PBNU Saifullah Yusuf memberikan peringatan keras.
"Disitulah satu hari berikutnya saya ditelepon sekjen Sidoarjo, bahwa Sekjen (PCNU) Sidoarjo ditelepon sekjen (PBNU) pusat ngamuk-ngamuk (marah-marah). Bahasanya, awakmu iso ngelereni maarif sidoarjo ta, nek gaiso awakmu sing tak lereni (kamu bisa memberhentikan hentikan Ketua Maarif tidak, kalau tidak bisa, kamu yang saya berhentikan)," terangnya menirukan percakapannya dengan Sekretaris PCNU Sidoarjo.
Hal itu pun ternyata menjadi peringatan yang cukup serius bagi PCNU Sidoarjo. Sebab menurutnya, tak lama setelah itu, sejumlah Kiai dan Ulama NU di Sidoarjo langsung menggelar rapat untuk membahas pesan tersebut.
"Saya prinsipnya, saya dulu mendapat amanah dari para Kiai (untuk menjadi Ketua LP Maarif Sidoarjo), kalau amanah itu diminta ya saya serahkan lagi. Itu jawaban saya," tuturnya.
Dari desakan yang ada tersebut, ternyata bukan penonaktifan secara organisasi yang ia dapat. Namun permintaan untuk mundur dari jabatan Ketua LP Maarif Sidoarjo. Dimana permintaan ia terima secara berjenjang dari Ketua PCNU Sidoarjo.
Baca Juga : Viral, Perempuan Diduga Guru Sindir Larangan Study Tour dengan Kata-Kata Kasar
"Per 15 Mei lalu saya sudah mundur. Itu pun saya undur dua minggu, karena teman-teman pengurus lain sebenarnya juga tidak sepakat. Tapi akhirnya karena saya ditelpon terus menerus, akhirnya saya putuskan untuk mengundurkan diri," jelasnya.
Dari sudut pandang keorganisasian, dirinya menilai bahwa penonaktifannya tersebut tidak sesuai. Sebab dirinya tidak merasa mendapatkan peringatan, teguran dan juga mekanisme lain yang seharusnya ditempuh untuk penonaktifan.
"Tidak ada surat resmi, peringatan tidak ada, saya diminta mundur, daripada korbannya para kiai, lebih baik saya yang mundur. Dari sisi organisasi tentu tidak tepat. Karena seharusnya ada peringatan. Tapi saya takdim kiai saja, logisnya secara organisasi ada pemanggilan, peringatan kalau perlu tabayyun," pungkasnya.
Sementara itu saat dikonfirmasi JatimTIMES, Sekjen PBNU Saifullah Yusuf enggan berkomentar banyak. Gus Ipul sapaan akrabnya mengarahkan agar bisa mendapatkan konfirmasi ke pihak PCNU Sidoarjo. Termasuk untuk memberikan klariikasi apakah benar penonaktifan tersebut juga karena desakan dari PBNU. "Tanya sama cabang (PCNU Sidoarjo) saja," ujar Gus Ipul Singkat.