JATIMTIMES - Nama-nama yang masuk bursa calon pimpinan Kota Wisata Batu masih dinamis. Menjelang Pilkada serentak pada November mendatang sejumlah nama dari partai maupun non partai bermunculan digadang-gadang cocok menempati kursi N1 Batu. Harapan mengenai seperti apa calon wali kota yang dibutuhkan juga diungkapkan oleh kalangan pengusaha.
Beberapa tokoh pelaku usaha di Kota Batu menyambut baik dan menyampaikan aspirasinya soal bakal wali kota. Salah satunya pelaku ekonomi kreatif (Ekraf) Kota Batu Tamsil Ainnur Rizal. Baginya, pemberdayaan pariwisata menjadi dalah satu unsur penting yang harus bisa digarap pemimpin Kota Batu nanti.
Baca Juga : Berangkatkan CJH, Pj Wali Kota Wahyu Hidayat Titip Doa agar Kota Malang Lebih Baik
"Ke depan Calon Wali Kota Batu perlu yang bisa menggarap keberlanjutan pariwisata. Yang sudah bagus sekarang harus terus dilanjutkan karena merupakan tulang punggung Kota Batu," katanya saat dikonfirmasi JatimTIMES, belum lama ini.
Pria yang disapa Rizal itu menerangkan, keberlanjutan pariwisata bermakna cukup kompleks. Dimana keberhasilan yang ada harus terus berdampak bagi masyarakat dan pelaku-pelaku di dalamnya.
Baik dari kalangan pengusaha besar maupun dari pelaku ekonomi mikro di Kota Batu harus diperhatikan secara selaras. Menurut Rizal, penting bagi kepemimpinan Pemkot Batu nanti lebih mengangkat UMKM dan ekonomi kreatif melalui berbagai pemberdayaan. Sehingga, para pelaku ekonomi itu tidak tertinggal saat pariwisata berkembang semakin pesat.
Di sisi lain, lanjut Rizal, Kota Batu harus menjadi daerah yang ramah investasi. Ia menilai, investasi membantu perputaran ekonomi dan ketersediaan lapangan kerja. Hal ini yang juga menjadi pekerjaan rumah calon wali kota.
"Bagaimana nanti kebijakan kepala daerah yang baru bisa ramah terhadap investasi juga, melalui regulasi bisa diperbaiki agar lebih mudah, itu menjadi konsen kita (pengusaha)," jelasnya.
Baca Juga : PKB Kabupaten Blitar Sepi Pendaftar: Akankah Arif Kurniawan Jadi Penyelamat?
Ditanyakan mengenai sejumlah masalah yang perlu diatasi, Rizal mengatakan bahwa butuh kesungguhan dalam mengatasinya. Di antaranya masalah sampah. Dimana sampah berhenti di desa dan tak masuk ke TPA membuat adanya problem baru pengelolaan sampah.
"Meski TPA tidak terbebani karena habis di desa, sisi negatifnya ada polusi yang ditimbulkan. Dengan begitu wisatawan terganggu, dan karena hal lain, daya tariknya akan berkurang, butuh konsen pemerintah selanjutnya," imbuh Rizal.