JATIMTIMES - Stabilitas harga sejumlah komoditas pangan pokok masih jadi pekerjaan rumah Pemerintah di Kota Batu. Salah satunya kenaikan harga telur ayam saat ini melambung hingga Rp33 ribu/Kg. Tingginya harga telur tak selaras dengan nasib kalangan peternak yang disinyalir masih mengalami masa sulit.
Hal tersebut dibenarkan Penasihat Kelompok Peternak Ayam Petelur Kota Batu, Ludi Tanarto. Pengusaha ternak ayam petelur asal Junrejo ini menerangkan bahwa peternak harus memutar otak karena dalam dua bulan terakhir banyak yang mengalami kerugian karena mahalnya pakan ayam, yakni jagung.
Baca Juga : Pria di Blitar Dibekuk Polisi karena Beli Motor Bodong dengan Harga Murah
Masalah pakan mahal menurutnya dialami dalam dua bulan pertama di tahun 2024. Harga pakan khususnya jagung sempat mencapai Rp9.500/Kg. Sedangkan saat itu harga telur masih tetap atau tidak mengalami kenaikan.
"Kalau hanya melihat satu kasus harga telur di bulan Maret ini, seolah-olah telur itu mahal. Namun kami yang sebagai peternak itu juga mengalami kondisi yang sulit. Pada Januari dan Februari harga jagung tinggi, tapi harga telur masih Rp22-21 ribu. Petani banyak mengalami kerugian," jelasnya saat ditemui, Kamis (21/3/2024).
Dalam dua hari terakhir dari situs Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) Jatim, harga telur sempat menyentuh Rp33 ribu lalu turun Rp31 ribu. Yakni pada Kamis (21/3/2024).
Meski dengan tingginya harga telur belakangan ini, kata Ludi, keuntungan di bulan Maret bagi peternak belum seberapa berpengaruh pada kelangsungan ternak. Utamanya karena keuntungan saat ini disinyalir banyak digunakan untuk menutup kerugian di bulan Januari dan Februari.
Dikatakan, saat ini harga jagung untuk pakan mulai turun. Kendati begitu keuntungan peternak cenderung sedikit. Dimana harga jagung untuk pakan di angka Rp5.000/Kg. Dengan harga telur langsung dari peternak setiap kilogramnya dihargai Rp27 ribu/Kg.
Baca Juga : Viral, Keluhan Warga Malang Bayar Angkot AMG Rp 15 Ribu Per Orang
"Hitungan pakan sekarang BEP (Break Even Point) per kilonya Rp23 ribu. Dengan begitu keuntungan bersih hanya Rp3000 saja," sebutnya.
Untuk diketahui, BEP sama dengan total biaya tetap dibagi dengan selisih antara harga satuan dan biaya variabel. "Maka tidak bisa dilihat dari permasalahan harga pasar komoditas telur saja. Harapan kami ada kesinambungan fungsi peran Bulog untuk suplai pakan, di situlah pemerintah harus hadir untuk upaya menjaga agar pakan tidak mengalami fluktuasi yang tajam pada peternak," tambah Ludi.
