JATIMTIMES - Bulan Ramadan, di tengah menjalankan ibadah puasa Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lapas Perempuan Kelas II A Malang disibukkan dengan beragam aktivitas. Tak hanya tadarus Al-Quran yang rutin dilakukan setiap Ramadan, tapi disibukkan dengan membuat pesanan kue kering.
Jelang Hari Raya Idul Fitri 2024 ini, WBP setiap harinya harus membuat kue kering untuk memenuhi permintaan pasar. Dalam sehari mereka harus membuat enam varian kue kering yang disiapkan.
Baca Juga : Aktor Will Smith Akui Sudah Khatam Al Quran 30 Juz Saat Bulan Ramadan, Ini Pahala yang Diraih
Enam varian kue kering yang disiapkan itu paling banyak diminati masyarakat. Mulai dari kue kastengel, kue nastar, kue kacang, kue emping, kue stroberi dan kue cookies.
Tampak saat berproses membuat kue kering itu, dilengkapi dengan menggunakan sarung tangan, masker, celemek, hingga penutup rambut. Dijamin kualitas produk yang dibuat aman, bersih, dan higienis.
Salah satu WBP Lapas Perempuan Kelas II A Malang mengatakan, kegiatan membuat kue pada hari biasa hanya dilakukan saat ada pesanan. Namun selama Ramadan rutin membuat setiap hari jelang Lebaran nanti.
"Karena produksi kue kering banyak, jadi buatnya setiap hari untuk lebaran," ucap Zaenab. Zaenab mengaku selama beberapa hari Ramadan ini sudah menghabiskan satu karung tepung seberat 25 kilogram.
"Kalau kue kering menghitungkan dari jumlah tepung," imbuh Zaenab.
Sementara itu Kalapas Perempuan Malang, Yunengsih mengaku, selama Ramadan ini pesanan kue kering yang masuk sudah banyak dari warga Kota Malang maupun luar kota. WBP yang memproduksi kue kering ini sudah handal, karena sebelumnya telah mendapat pelatihan dari Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Ganesha Malang.
Dari hasil produksi membuat kue kering tersebut, akhirnya mereka bisa punya pendapatan secara mandiri. Hasil dari kerja keras mereka dikirim ke rekening tabungan mereka masing-masing.
Baca Juga : Wajah Oily Bikin Makeup Luntur Saat Pakai Suncreen, Yuk Gunakan Teknik Ini
"Alhamdulillah mereka merasakan manfaat dari hasil karya yang dibuat karena pesanan-pesanan sudah banyak," kata Yunengsih.
Selain itu dengan kemampuan yang saat ini didapatkan oleh WBP, saat mereka terbebas dari lapas bisa menjadi peluang usahanya. Melihat salah satu faktor yang membuat mereka masuk ke dalam Lapas adalah ekonomi.
"Harapannya setelah bebas nanti mereka bisa berwirausaha. Untuk manajemen penjualan juga kami berupaya untuk memberikan pengetahuan tentang penjualan atau pemasaran," tutup Yunengsih.