JATIMTIMES - Kerja rodi adalah salah satu aspek paling kelam dari sejarah penjajahan Belanda di Indonesia. Ini adalah praktik yang tidak hanya merusak fisik, tetapi juga menghancurkan martabat dan kemanusiaan rakyat Indonesia.
Kerja rodi tersebut telah menjadi bagian sejarah kelam perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan. Sejarah tersebut penting untuk kita pelajari demi menata kehidupan bangsa yang merdeka setelahnya.
Sejarah Kerja Rodi
Baca Juga : Pengurus PWI Malang Raya Resmi Dilantik, 60 Persen Generasi Milenial
Istilah "kerja rodi" mengacu pada sistem kerja paksa yang diterapkan oleh penjajah terhadap penduduk asli di wilayah yang mereka kuasai.
Dalam sistem ini, penduduk lokal dipaksa untuk melakukan pekerjaan fisik yang berat dan tidak manusiawi tanpa upah yang layak atau bahkan tanpa upah sama sekali.
Kerja rodi sering kali terjadi dalam proyek-proyek pembangunan infrastruktur atau pertanian yang menguntungkan penjajah. Sementara penduduk lokal diambil kekuatannya dan dimanfaatkan sebagai tenaga kerja murah atau gratis.
Kekejaman ini dilakukan selama masa pemerintahan kolonial Belanda. Berikut penjelasan selengkapnya mengenai proyek-proyek kerja rodi pada masa penjajahan.
Kerja Rodi Masa Penjajahan Belanda
Kerja rodi oleh pemerintah kolonial Belanda di Indonesia dilakukan selama berabad-abad, terutama pada abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Penduduk Indonesia dipaksa untuk bekerja dalam proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang diinisiasi oleh pemerintah kolonial, seperti pembangunan jalan, bendungan, rel kereta api, dan proyek-proyek besar lainnya.
Proyek yang paling terkenal dan menindas rakyat adalah proyek jalan tol sepanjang 1000 km dari Anyer sampai Panarukan, Jawa Timur.
Proyek ini dilakukan kurang lebih 3 tahun pada 1808-1811 dan dipimpin oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada masa itu yaitu Herman Willem Daendels.
Cerita Lain tentang Kerja Rodi
Selama ini yang kita tahu kerja rodi merupakan penindasan yang dilakukan pemerintah kolonial.
Akan tetapi, terdapat narasi lain yang mengatakan bahwa sebenarnya pemerintahan kolonial memberikan anggaran untuk pembangunan infrastruktur tersebut. Daendels sebenarnya menyiapkan 3000 ringgit sebagai upah untuk para pekerja.
Akan tetapi banyak upah yang tidak tersalurkan sampai ke tangan pekerja. Banyak diantaranya yang dikorupsi oleh para pejabat dalam negeri atau bupati daerah setempat.
Sungguh sebuah ironi jika cerita sebenarnya yang membuat penderitaan kepada rakyat Indonesia ternyata juga orang Indonesia sendiri.
Sejarah kerja rodi cukup memberi kita pelajaran untuk mengenal bangsa kita sendiri.
Dampak Kerja Rodi bagi Rakyat Indonesia
Baca Juga : Ada 2 Long Weekend Maret 2024, Catat Tanggalnya
Kerja Rodi jelas merupakan penindasan dari pemerintahan kolonial yang sangat menyengsarakan rakyat. Berikut adalah dampak kerja rodi bagi rakyat.
1. Eksploitasi Pekerja
Banyak masyarakat yang menjadi korban karena diperlakukan secara kasar dan tidak manusiawi. Dilansir dari Museum Nusantara (25/5/2022), pembangunan Jalan Anyer-Panarukan sendiri memakan korban hingga 12.000 jiwa.
2. Kemiskinan
Praktek kerja rodi ini sangat menghambat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Akibatnya terjadi kemiskinan yang meluas di Indonesia saat itu terutama di daerah kerja rodi seperti Pulau Jawa.
3. Pembangunan Infrastruktur
Selain dampak negatif, terdapat juga dampak positif dari kerja rodi yang dilakukan pada masa itu seperti pembangunan infrastruktur baru yang menopang kehidupan masyarakat.
Faktanya mungkin saja infrastruktur yang dibuat pada masa kerja rodi memiliki manfaat hingga sekarang ini, walaupun penderitaan yang dihasilkan pada saat itu tentu saja tidak sebanding.
4. Pembangkitan Kesadaran Nasional
Ini dampak positif yang paling penting, penderitaan yang dialami rakyat Indonesia di bawah sistem kerja rodi menumbuhkan semangat persatuan dan kesadaran nasional.
Kesadaran nasional inilah yang menjadi pendorong utama kemerdekaan bangsa Indonesia untuk setelahnya hingga saat ini.
Akhir dari Kerja Paksa
Setelah berabad-abad berkuasa, Belanda akhirnya meninggalkan Indonesia setelah pengakuan kemerdekaan pada tahun 1949. Dengan berakhirnya penjajahan Belanda, praktik kerja paksa juga berakhir. Namun, warisan dari periode ini masih terasa dalam berbagai aspek kehidupan Indonesia hingga hari ini.